Keterkaitan,
Keterpolaan dan keterkaitan bisa menjadi jalan tengah. Jalan
tengah dari pertanyaan yang belum terjawab. Manusia selalu mencari jalan tengah
untuk menyerah dalam kebingungan. Ah, dasar manusia memang selalu tidak pernah
tahu.
Suatu hari saya berpikir sejenak
lagi – lagi dalam keheningan. Saya bertanya dalam hati. Bagaimanakah manusia
dan segala sesuatunya selalu terkait tanpa perhitungan.
Apakah benar – benar Pencipta itu
ada kemudian ikut campur tangan dalam keterkaitan itu. Atau jangan – jangan
memang ada tapi duduk diam sembari memperhatikan tingkah pola ciptaannya. Mungkin
Ia sekali – kali tertawa kecil, melihat tingkah pola saya yang tampak bodoh dan
konyol mencari cara bagaimana semesta ini dapat berjalan dengan segala
kompleksitasnya.
Panggambaran tentang Pencipta
yang demikian saya gambarkan dari perumpamaan “tukang kebon yang tidak
kelihatan” ceritanya begini,
Ada dua orang laki – laki dalam rangka ekspedisi masuk ke tempat
terbuka di tengah hutan rimba. Di padang rumput itu banyak bunga secara rapi
dan tertata. Yang satu mengatakan “Padang rumput ini pasti dipelihara oleh
seorang TUKANG KEBUN”. Yang satunya menyangkal.
Untuk membuktikan mereka berdua memasang tenda, untuk memastikan ada
atau tidak tukang kebun itu. Mereka mengamatinya siang dan malam.
TIDAK pernah sekalipun mereka melihat tukang kebun. Untuk mengecek
hipotesa ini, mereka memagari padang itu dengan aliran listrik. Mereka berharap
jika memang ada tukang kebun, pastilah tersengat listrik.
Sekian lama ditunggu. Tidak ada tanda ada orang selain mereka berdua.
Pagar listrik pun masih utuh dan tidak ada tanda – tanda ada orang lain.
Akhirnya yang satu orang merasa menang kalau tidak ada tukang kebun. Satu
lagi yang berhipotesa ada tukang kebun tidak mau kalah. Ia tetap bertahan. “Kalau
begitu,” katanya. “tukang kebun itu tukang kebun yang tidak tertangkap panca
indera, namun tidak mungkin tidak ada tukang kebun,” katanya lagi.
Pertanyaan paling mendasar,
“apakah tukang kebun yang tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, dan didengar memang
tukang kebun yang tidak pernah ada ?”
Pernah lihat tukang kebun atau
tidak, tetap saja tanaman di padang tumbuh indah dan rapi.
Perumpamaan ini saya dapat dari
buku berjudul ‘menalar Tuhan’. Makna si pembuat cerita adalah ingin
menyampingkan keberadaaan sosok Tuhan. Tapi saya pakai ini sebagai refleksi.
Buat saya, yang memiliki
keterbatasan. Akan selalu bertanya dan sampai hari ini belum mendapat jawabnya.
Bagaimana semesta ini memiliki pola yang
begitu teratur ? Bukankah manusia juga akan bertemu dengan manusia lain yang
membentuk saya seperti ini. Dan suatu hari nanti saya akan bertemu dengan
banyak orang dengan keterkaitan harapan dan realita. Kalau istilah saya, suatu saat manusia akan menemukan pasangan puzzlenya.
Jangan sekali kali menghubungkan
keterkaitan dengan keterbatasan perhitungan. Pasti membingungkan.
Terkait dengan itu. Pertanyaan
yang datang selalu mengusik saya, benarkah saya akan hidup ‘selibat’ tanpa pernikahan. Sejujurnya, saya agak muak dengan itu. Sesederhana
itukah pertanyaan tentang pasangan hidup
diperbincangkan. Saya pikir, pertanyaan itu sering muncul karena manusia telah
diracuni dengan cerita romantisme yang sederhana. Jika hidup selamanya sampai mati dengan
orang lain itu pasti enak. Belum tentu.
Kemudian dalam perenungan saya.
Saya sepakat dengan cerita tukang kebun itu. Dalam konteks apapun itu, entah
bagaimana makna si pembuat cerita. Saya memahaminya ada keterkaitan dalam
padang yang begitu luas ini. Tanpa terlalu banyak diperbincangkan pun. Padang
yang luas itu akan memiliki bunga – bunga yang indah dan rapi.
Bukankah hidup itu soal kebahagiaan dan ketenangan. Apa bedanya hidup sendiri sampai mati dengan
hidup sampai mati dengan orang lain ? Jika keduanya sama - sama mati dengan bahagia dan tenang.
Kalau pun harus hidup ‘selibat’
tidak apa. Kalau kamu datang ya mungkin ini ...
![]() |
Puisi dari Rahne Putri, dapat dari Time line seorang teman, Ogi namanya. |
0 komentar: