Gubernur yang Paling Nge-Twit
Kelas menengah dan media sosial sedang naik daun. Mereka menarik perhatian di Indonesia, khususnya pada Pilkada DKI kali ini. Siapa mereka ? apa yang mereka perbuat ? apa pengaruhnya bagi perubahan Jakarta?
Mereka kaum yang secara ekonomi tidak bisa dibilang kaya, juga tidak miskin. Berada di kelas antara kelas atas dan bawah secara kuantitatif ekonomi. Kita sering menjumpainya di lini massa berkicau tentang apa pun, rentan terhadap hal – hal yang tidak sesuai menurutnya. Namun lemah dalam memberikan gerakan sosial. Spesialisasinya, berkicau di lini massa ribuan kali namun enggan bergerak untuk memobilisasi massa. Kelebihannya, mereka menguasai ruang publik di teknologi dan media sosial. Mereka merupakan orang-orang yang berpendidikan dan sudah terbiasa untuk mempertahankan argumennya. Mereka juga sangat mandiri dalam mencari informasi dan data (politicawave.com).
sumber : politicawave.com
![]() |
ini bukti bahwa media sosial berpengaruh terhadap pilkada |
Pengaruhnya bagi Jakarta besar, karena sebagian besar Warga jakarta adalah kelas menengah dan aktif di media sosial. Fakta ini dikuatkan oleh tempo.co, Jakarta adalah kota paling ng-tweet di dunia ! Dikutip dari situs teknologi TechCrunch, Kamis, 2 Agustus 2012, hal ini merupakan hasil analisis terbaru dari Semiocast, lembaga riset asal Paris, Perancis.
Atas dasar itu , Jakarta butuh Gubernur yang paling Nge-twit :
1. Cepat tanggap terhadap masalah Jakarta
Melalui media sosial, macet beberapa jam saja di depan Mall Pondok Indah bisa jadi bahan kritikan seluruh jagat raya. Ingat, gerakan koin untuk kasus prita, bilqis, dan dukungan pimpinan KPK lewat media sosial ? Nah, seperti itulah keadaan sekarang. Untuk membuat setitik isu menjadi sebesar bola salju segampang memainkan jari. Media sosial menjadi medium baru untuk mendapatkan informasi baru. Gubernur yang baru harus cepat dan tanggap dalam menerima dan meresponi, sama seperti saat kampanye gencar di media sosial.
2. Meladeni teknologi dan modernitas
Jakarta dipandang kota yang paling modern, karena letaknya sebagai Ibu Kota, maka dari itu pelayanan yang mengunakan teknologi harus ditingkatkan. Lewat teknologi warga akan lebih mudah beraktivitas. Suatu saat masalah banjir dapat diatasi oleh teknologi tata kota seperti yang terjadi di Belanda, begitu juga mengatasi kemacetan. Jakarta menjadi trend center teknologi dan modernitas , maka gubernur harus memahami hal ini.
3. Visioner
Gubernur visioner merupakan sosok yang mampu berpikir melampaui jamannya. Jakarta membutuhkan pemimpin yang dinamis, gesit, inovatif dan proaktif, sesuai dengan kota yang dipimpinnya kelak, yaitu Ibu kota yang kondisinya dari dulu sebagai kota tulang punggung perekonomian dan pemerintahan nasional yang senantiasa berubah. Jakarta memerlukan seorang inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas mau dibawa kemana Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.
0 komentar:
New comments are not allowed.