Materialis
Ada yang bilang semua di dunia ini berbentuk, benda yang terlihat. Sesuatu yang pasti ada dan bisa bersentuhan dengan inderawi. Mungkin kepuasan indera mengalahkan segalanya, karena semua yang berbentuk dan jelas tergambar adalah sebuah kepastian. Saya melihat benda kayu persegi yang berkaki empat maksud saya meja, tapi tidak semua meja berbentuk persegi dan berkayu. Kepastian itu meja karena saya lihat itu meja.Semua yang berbentuk memang menunjukan kepastian. Semua ilmuwan mencari kepastian. Semua orang membutuhkan kepastian yang terlihat dan terkecap inderawi.
Mungkin orang yang mencari yang terlihat dan terkecap bisa menenangkan dan menyenangkan. Tidak sadar juga, banyak jalan mencari yang terlihat itu. Saya pikir puncak gunung yang terlihat dari bawah sini, sehingga orang – orang mencari jalan untuk pergi kesana. Setelah bertemu dengan puncak, tentu menyenangkan. Orang-orang mencari kepuasan inderawi.
Saya juga sadar ada hal yang bergerak tidak bersentuhan dengan inderawi. Yang ini sulit didefinisikan. Penuh ketidakpastian. Saya juga tidak bisa menuliskan ini. Bagaimana menggambarkan hal yang tidak tertangkap indera. Bagaimana menggambarkan Tuhan misalnya, atau menggambarkan perasaaan – perasaan. Kebahagiaan misalnya. Bukankah itu tidak terlihat. Bagaimana saya tahu ada bahagia? Bagaimana saya tahu ada sedih ? bagaimana saya tahu ada marah?
Saya pikir, untuk itulah saya berbentuk. Saya adalah benda. Materialis. Ada dan berbentuk. Saya mencari jalan menuju yang tidak kelihatan agar kelihatan. Saya pikir tidak ada yang bisa menjelaskan dan mendefinisikan ada tidaknya Tuhan dengan menunjukan Tuhan di depan hidung. Tidak ada yang bisa juga menunjukan benda yang bernama bahagia, lalu bawa bahagia di depan saya. Sesuatu yang tidak kelihatan dan tidak materialis itu sulit ditunjukan. Tapi yang bisa dilakukan adalah mencari jalan menuju kesana. Saya mencari jalan untuk yang tidak kelihatan. Saya mencari jalan menuju kebahagiaan. Saya mencari jalan menuju Tuhan. Saya mencari jalan dari ketidakpastian.
Saya berpikir untuk itulah saya hidup. Materialis bagi manusia adalah kepuasan. Bagi saya, non materialis untuk dicari. Justru ada ketidakpastian agar ada kepastian. Sebelum orang kenal meja, ada orang yang mencari meja dan membuatnya. Begitu juga yang lain, semua dimulai dari berpikir dan berperasaan yang tidak bisa tersentuh inderawi.
Kemudian ...
Saya harus sadar keterbatasan. Bisa saja jalannya tidak pernah dibayangkan. Hitungan manusia terbatas. Menemukan jalan yang tidak disangka. Lalu bilang ini tersesat. Manusia mencari jalan menuju Tuhan. Kalau jalannya saja tidak ada berarti Tuhan memang tidak ada. Masalahnya, jalannya sudah ada.
Begitu juga dengan non materialis lain, semuanya adalah pencarian jalan. Tersesat atau tidak, hanya kita yang tahu setelah di ujung nanti. Jawaban dari sebuah jalan adalah proses bertanya. Garis finish seorang pelari adalah jawaban dari garis start. Akhir dari sebuah jalan adalah pertanyaan dari semua orang. Itu adalah keberhasilan manusia mencari jawaban, bukan membuat jawabannya sendiri. Maka, saya berjalan mencari ketidakpastian itu ...
0 komentar: