Timpang

Friday, December 09, 2011 Standy Christianto 1 Comments


SETIAP hari saya lewati jalan itu, tepat di persimpangan antara empat jalan. Setiap kali berhenti di lampu merah, tidak pernah lepas pandangan saya terhadap bangunan yang terdiri dari banyak kaca itu. Tidak hanya saya sebenarnya yang terperangah dengan bangunan yang kelak akan menjadi hotel bintang empat itu. Hampir setiap orang yang saya perhatikan, pandangannya juga tak lepas dari sana.

SUATU saat nanti, bangunan itu akan menandingi langit. Menjulang tinggi dengan gagah. Saya senang melihat bangunan tinggi. Bukan karena saya sering melihat seperti itu di jalanan ibu kota, tapi saya memang orangnya suka sekali melihat sesuatu yang gagah.  Gedung itu menantang langit dan angin, bayangkan perlu berapa kali hitungan untuk membuat proyek seberani itu ? tidak semua orang yang bisa melakukan itu.

ENTAH berapa lantai yang dibangun, rasanya dari jarak ratusan meter bila dipandang pun akan kelihatan wujudnya. Kebanggaan ini juga yang menjadi kebanggaan pemerintah daerah. Mungkin ini dianggap sebuah prestasi, bila investasi yang besar seperti itu akan meningkatkan gengsi.

SETIAP kali saya melintas gedung itu, juga terselip kata miris. Saya mencoba menebak – nebak apa yang terjadi kelak, bila hotel itu telah selesai. Apa yang akan terjadi setelah hotel itu berdiri ? banyak mobil – mobil mewah keluar masuk hotel, melintas dengan gagah. 

BANGUNAN gagah itu akan berdiri dengan angkuh, rumah  - rumah kecil di sekitarnya akan tampak sangat kecil, belum lagi hotel itu  berhadapan dengan rumah dinas militer,  ada yang tahu berapa besar rumah dinas militer, ? di sebelah selatan ada rumah kosong, terus ke selatan lagi juga tidak ada yang bisa menandinginya. Tidak ada yang bisa menandingi gagahnya hotel itu kelak, sebelah utara juga demikian, sebelah barat apalagi.

RASANYA hotel itu kelak bukan bagian kota ini. Dan bukan juga kebanggan kota ini,  lebih pada gengsi daerah dengan bangunan yang gagah dan berdiri dengan jumlah lantai yang banyak. Saya sudah besar di kota pinggiran ibu kota, sudah tentu saya sering melihat bangunan besar, saya senang dengan itu. Bukan berarti saya bangga dengan itu.

BANGUNAN itu kelak akan kokoh berdiri angkuh, rasanya ia tidak peduli dengan ketimpangan di sekitarnya. Ibarat bom, radius kiloan meter akan merubah kultur sosial masyarakat di sekitarnya.

TAPI percuma juga mencaci – caci. Mau tidak mau saya harus pulang melewati jalan itu lagi, bangunan itu juga masih tampak sama aja,  menantang langit,  dan bangunan sekitarnya seperti memelas langit  ....

You Might Also Like

1 comment: