Pilihan,
Kembali pada sebuah pilihan. Hidup akan jalan terus, sampai
ketemu persimpangan. Tidak ada pilihan lain selain memilih. Saya mau jalan ke kanan
atau ke kiri. Saya selalu berusaha mengingat segala sesuatu yang mendasari
sebuah perjalanan di kota ini. Kemudian saya juga harus mengulanginya lagi.
Pergulatan pilihan terjadi. Saya
memiliki banyak pilihan setelah semuanya selesai. Pergi meninggalkan kota kecil
ini atau menetap sampai menemukan jalan
lain.
Suatu saat kota ini bisa saja
membunuh saya dengan kebosanan. Atau bisa pelan – pelan dengan penyesalan. Atau
saya akan mati kelaparan. Atau mati karena sakit hati.
Entah bagaimana pun saya juga
harus memilih, bukan ? Ibarat menaiki seekor harimau, mau turun juga akan
dimakan harimau, mau tetap di atas
punggung juga resiko dimakan harimau. Saya memilih berjuang untuk tetap
bertahan dengan segala isinya. Sampai saya bisa menemukan keyakinan lain.
Ayah saya, juga pernah bicara
sebuah pilihan. Ia memilih berkerja
sendiri daripada kerja untuk orang lain. Ia memilih untuk tetap membuka toko
kecil untuk menghidupi keluarganya daripada menerima tawaran bekerja untuk
orang. katanya, atas dasar kebebasan. Baginya, kebahagiaan adalah soal
kebebasan memilih dan berkehendak bukan bekerja untuk orang lain.
Pilihan akan membuat manusia
makin menjadi manusia saat benar – benar menghadapi ketidakpastian. Kemudian
ia harus berpikir keras untuk berhitung ke depan. Ia akan mengunakan segala
otaknya, segala kemungkinan terburuk, berhitung dengan segala ketidakmungkinan.
Jalan pikirannya akan mengular, seperti benang kusut. Sejak saat itulah,
manusia bisa bebas menentukan pilihannnya.
Mungkin bukan untuk waktu lama
tapi cukup untuk mencari panggilan atas pertanyaan. Dengan segala pertimbangan,
tempat ini akan menjadi saksi segala pertanyaan yang (belum) ada jawaban.
0 komentar: