Saya, Gerakan Mahasiswa, dan Tabrak Lari.
Hari itu saya ingat betul, ingin sekali melihat demostrasi
UKT di Kampus Unsoed. Sehari sebelumnya saya sengaja ke kampus untuk mengenang
tempat proses di kampus sebelum saya berangkat kuliah di negeri yang jauh. Saat itu, saya mengamati kampus sedang panas
dengan pihak rektorat, ada banner yang dicorat coret, juga ada tulisan proganda
di sudut – sudut kampus : turunkan UKT. Ini masih sama waktu jaman saya, tuntutannnya
masih sama, tapi nama gerakannnya beda. Dulu namanya #SaveSoedirman, tanggalnya
12-12-12. Sekarang Sodirman Melawan, tanggal 16-06-2016. Akhirnya, coretan –
coretan di pamflet yang ditempel, banner yang di pasang di lapangan sudut
fakultas, dan broadcast media sosial yang masuk, mengingatkan saya beberapa
tahun yang lalu.
Hari itu, tepat tanggal
16-06-2016. Sebagai alumni, tentu saja, saya sudah tidak pantas untuk merecoki
aksi yang digalang oleh adik-adik itu, dan juga tidak pantas untuk ikut demo
lagi. Saya sudah meninggalkan kampus cukup lama. Tapi euforia itu masih tetap
ada.
hari itu, di pagi hari saya
sering berefleksi : gatal juga lihat kampus yang sedang ramai, tapi kan proses itu tidak mungkin bisa
berulang ? Saya sudah menjadi bagian masyarakat, dan sudah tidak bisa lagi
kembali menjadi bagian dari gerakan mahasiswa, bercampur dengan mereka.
Misalnya, dengan Ikut demo. Tapi disisi lain, saya berrefleksi : ikut nonton
saja kan tidak apa-apa, sembari membandingkan dengan ingatan di masa
#SaveSoedirman.
Di atas sepeda motor, saya masih berpikir,
apakah saya langsung untuk ke kantor, atau pergi memutar jarak yang lebih jauh
untuk melihat aksi demostrasi. Hanya untuk mengenang masa lalu. Di tengah
perjalanan, saya masih ragu. Jika saya ikut melihat, berarti saya belum move on
sebagai aktivis mahasiswa, sedangkan saya sudah lulus cukup lama.
Akhirnya di perempatan saya
memilih belok kanan, memutar jarak yg lebih jauh untuk sekedar melihat aksi
demostrasi yang dilakukan adik – adik itu. Dengan saya yakin untuk belok kanan.
Ternyata tidak disangka motor saya ditabrak dari belakang. Saya terjatuh dari
motor, dan motor terpental sejauh 10 meter dari posisi semula. Pelakunya, mobil xenia berwarna putih plat B
1754 TZN lalu entah kemana. Dan saya ditinggal di rumah sakit sendirian.
Singkat cerita, saya tidak jadi
melihat aksi besar – besaran ‘Soedirman Melawan’. Hasilnya, saya melawan marah sendiri karena
ditabrak lari.
Di dalam rumah sakit dengan badan
terbaring lemas, dan menahan kaki yang kesakitan saya berpikir, mungkin saya
sudah terlalu tua untuk menonton aksi seperti itu. Saya seringkali tidak sadar
bahwa saya sudah tidak lagi menjadi mahasiswa yang dulu. Saya seringkali tidak sadar, bahwa mnejadi
aktivis mahasiswa sudah usai, dan pertanyaan untuk berkontribusi kepada
masyarakat paska mahasiswa yang paling dibutuhkan saat ini.
Proses akan berpengaruh terhadap
apapun. Sekarang saya ingin sekali membantu mahasiswa untuk mencapai
keinginannnya. Sebagai mahasiswa, yang sering nongkrong di sekre, saya tentu
ingin sekali menikmati proses itu lagi . Tapi sekarang sudah tidak bisa. Saya
hanya bisa membantu dengan apa yang telah saya miliki sekarang.
Hari itu, saya kembali mengingat
mimpi untuk bisa kuliah di negeri yang jauh. Sebagai mahasiswa yang “tinggal”
di sekre, sampai lupa waktu kuliah, saya mengerti betul, apa yang tidak bisa
ditinggalkan sebagai fitranya menjadi mahasiswa, yaitu keinginan untuk
kehidupan lebih baik bagi dirinya dan kontribusinya untuk masyarakat. Sekarang,
saya ingin sekali berbagi dengan adik – adik yang ingin bisa mendapatkan
beasiswa untuk kuliah lagi. Mungkin tidak semua orang ingin kuliah lagi. tapi
jika ada keinginan yang sama. Mengapa saya tidak berbagi ? Mungkin hanya itu
yang bisa saya lakukan untuk terlibat.
0 komentar: