Perempuan Pencipta Narasi*
Tulisan ini dibuat setelah mendengar diskusi salihara terkait perempuan dan perjuangannya. Perempuan sebagai perempuan. Perempuan bukan sebagai pria. Kalau pria bisa indentik dengan berani dan kokoh. Bagaimana dengan perempuan ? Diskusi ini membahas perempuan yang sadar dengan jati dirinya sebagai perempuan. Dan saya setuju.
Saya selalu terkesima dengan perempuan yang ndablek. Perempuan yang berani menerobos batas melawan arus karena tidak mau dikerdilkan dengan konstruksi budaya dan agama. Tidak mau menyerah dengan tafsir agama apalagi budaya. Saya setuju.
Diskusi ini tentang perempuan melawan dengan tulisan. Sastra berkelamin perempuan bicara tentang perjuangan feminisme. Saya pikir, perempuan harus begitu. Apalagi jika perempuan tidak melawan dengan bertopeng maskulinitas. Statemant yang paling saya ingat, “jika saya memakai stocking, apakah saya bukan nasionalis dan tidak boleh berjuang untuk itu,”. Jika perempuan suka membaca roman, memang kenapa? Apakah perjuangan indentik dengan selera bacaan?
"Perempuan dan pria sama, tidak ada bedanya, selain struktur biologisnya," begitu kata seorang perempuan suatu malam. Jika kamu yang membaca tulisan ini adalah seorang perempuan. Jika kamu adalah perempuan, dan berjuang untuk apapun, termasuk untuk kesetaraan dengan pria. Jika kamu adalah perempuan, ingin melawan penindasan oleh pria. Jika kamu adalah perempuan dan ingin menunjukan bahwa kamu tidak bisa diremehkan oleh pria. Saya seorang pria. Pria yang mengagumi perempuan seperti kamu.
* disini linknya --> perempuan pencipta narasi
0 komentar: