Gagal dan Harapan,
Sesuatu yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Tapi apa yang bisa diandalkan ketika di depan tidak kelihatan..?
Saya masih ingat, padahal itu entah berapa tahun yang lalu. Suatu hari yang berat. Ketika
berada di titik nadir paling bawah. Saya bertemu dengan cover sebuah buku, “seorang
samurai mempersiapkan dirinya untuk mati, justru seringkali malah musuhnya yang
mati”. Buku ini tentang berani gagal.
Bicara tentang kematian,
kehilangan, dan kegagalan sering dilarang. Manusia dibiarkan termotivasi habis –
habisan agar penuh dengan imaji semu kalau hidup ia akan baik – baik saja. Dibalik
itu, buku keberhasilan laku keras. Acara motivasi punya rating tinggi. Film
bercerita tentang kebahagiaan mudah dicari. Lalu siapa yang sadar, suatu saat
ia akan gagal ?
Kita lebih suka berharap dengan
cerita tentang orang kaya raya, pasangan yang saling jatuh cinta, keluarga yang
baik – baik saja, apa pun yang membuat kita
terbang di awang – awang. Kita lupa sebagai manusia, ia juga akan gagal.
Manusia cukup beruntung. Saya lebih
suka bilang beruntung. Harapan diciptakan untuk mereka yang berani hidup. Manusia
beruntunglah yang dapat hidup. Yang lainnnya bisa mati. Tapi mengapa kita
dibiarkan hidup?
Karena ada harapan. Manusia yang akan mati besok pun
dibiarkan berharap. Harapan akan selalu timbul buat mereka yang ingin tetap
hidup sehari lagi.
Manusia tidak boleh lupa, ia akan
mengalami kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi ia butuh harapan. Harapan ibarat
celah kecil saat berada di lorong panjang yang gelap. Jika ia punya harapan ia akan
berjalan, entah sedikit demi sedikit atau berlari kencang (jika masih ada
energi).
Siapa yang setia dengan perkara
kecil, ia yang pantas mendapatkan perkara yang besar. Harapan seperti sehelai benang, siapa yang mampu menggulungnya
perlahan agar tidak kusut adalah mereka yang setia.
bagi saya, adanya hari ini, karena ada harapan hari kemarin. Jika ia mensyukuri hari ini, lakukan
terbaik dari apa yang bisa dihadapi. Sehari demi
sehari.
0 komentar: