Ketulusan,
Apakah yang dicari dari segala
perasaan yang meluap ? yang mengebu dengan segala rasa di ubun-ubun. Aku mencari
ketenangan dalam keheningan. Dimanakah tenang itu ? Aku mencari di atas kasur
ditemani dengan lagu – lagu menggugah optimis. Dimanakah itu ?
Ketenangan itu muncul dari
pertanyaan : mengapakah saya terlalu menuntut banyak hal ? Bukankah berjanji untuk menemani tanpa pamrih. Ternyata ada pamrih yang membuat tidak tenang. Perasaan balasan penghargaan yang setimpal.
Siapakah aku ? lalu kemudian
menuntut banyak hal. Kesalahan pria dilahirkan dengan segala
rasionalisasi karena khilaf dengan perasaannnya.
Selalu ada ketenangan dalam
sebuah ketulusan. Ketulusan tidak meminta apa pun dari sebuah keberadaan. Tidak
meminta apa pun, bahkan balasan. Ketulusan tidak punya alasan untuk pemaksaan.
Sesuatu yang abstrak, selalu
dapat diuji. Seperti Kepercayaan, kesetiaan dan pengorbanan yang saya kagumi. Begitu
juga dengan ketulusan.
Pembelajaran yang belum saya
pelajari adalah soal ketulusan. Ketulusan tidak memberi ruang pembalasan. Ia
lahir dari dalam hati kemudian memberi kepada suatu yang berharga.
Lakukan yang
terbaik untuk apa pun yang bagimu berharga. Begitulah kira – kira pembuktiannnya.
Maaf untuk
segala permintaan keberadaan atau kebutuhan. Maaf untuk segala apa pun untuk
penghargan diri. Maaf untuk segala perdebatan soal pilihan. Maaf untuk segala
tuntutan jeda waktu.
Aku ingin
tenang menikmati hari – hari ini. Dengan segala apa yang telah berikan. Atas
nama ketulusan terhadap penghargaan atas keberadaanya. Terima kasih atas segala hal. Terima kasih
dengan atas nama apa pun.
0 komentar: