Gaze,
semakin menguap dan meluap.
seberapa lama dan seberapa jauh lagi?
renungan dan gagasan
Wednesday, January 29, 2014 Standy Christianto 0 Comments
Wednesday, January 29, 2014 Standy Christianto 0 Comments
aku hanya ingin sampaikan ini :
Prediksiku tepat, pilihan yang "main-main" juga sebuah pilihan, sama seperti "tidak memilih". Pilihan atas kepergian, juga pilihan. Termasuk terjebak dalam pilihan yang "main-main", "serius", atau "tidak memilih". Kamu pergi, itu juga pilihan. aku masih disini, juga pilihan. Setelah semua ditunjukan, dihubungkan, dan dikaitkan. Pada akhirnya, manusia akan memilih.
"Tidak memilih" itu pilihan. Dari pilihan - pilihan itu, kita bisa menilai. Apakah manusia mau bertarung atau berjuang. Manusia yang "tidak memilih", adalah memilih tidak mau bertarung dan tidak mau berjuang. Orang yang tidak mau bertarung adalah orang yang tidak berhasrat ingin menang. Aku mau bertarung. Aku mau berjuang. Maka aku memilih menunggu sampai kelelahan. Batasnya : sampai lelah. Paling tidak, aku tidak akan menyesal, karena pernah bertarung dan berjuang. Selebihnya, terserah padamu.
Sunday, January 19, 2014 Standy Christianto 0 Comments
Friday, January 10, 2014 Standy Christianto 0 Comments
Wednesday, January 08, 2014 Standy Christianto 0 Comments
Friday, January 03, 2014 Standy Christianto 0 Comments
Aku tidak bisa tidur karena ingatan. Geliat darah mengalir kencang. Aku melambung jauh ke belakang, mengular panjang berputar tidak karuan. Diriku mengindentifikasi apakah ini benar benar lakilaki. Aku lemah tidak karuan. Aku dibawa tubuh yang berisi ingatan.
Aku duduk di atas pasir. Aku rasakan hangat lembayung senja. Sengaja aku tak bergerak. Memilih diam. Memilih tak bergerak. Tidak mau diganggu dengan hembusan pasir. Aku punya deburan ombak yang berisik. Juga binatang kecil yang membuat lubang sembunyi.
Aku makin tidak tahan. Aku rengkuh pasir yang lama kelaman keluar dari sela-sela jari. Aku mengenggam keras, tapi makin habis pasirnya. Aku menahan ingatan. Jangan keluar. Jangan. Tetap saja mata memaksa perhatikan detail lanskap pantai, mencari gerak gerik yang sudah usang.
Rasio melawan, alasan tidak pantas. Aku bukan siapa siapa. Bagaimana pantas untuk mengingatnya. Laiknya air yang terus menerus menuju bibir pantai, masuk ke pori lama-lama mengendap, semakin lama membumbung. Tidak kuasa menahannya. Ia jadi kubangan sejadijadinya.
Maaf, lakilaki ini merindumu lagi. Maaf.
0 komentar: