Harapan,
Semiskin-miskin hati, ia akan kaya dengan harapan. Apalagi
yang dimiliki manusia, jika ia yakin dengan harapan, suatu saat ia akan
mendapatkan yang baik. Agaknya ini sebuah retorika yang diawang-awang. Kita
akan hidup dalam imajinasi yang “akan datang”, melupakan bahwa kita adalah
manusia yang “sekarang”
Dalam sebuah jeda, aku tidak percaya dengan
imajinasi yang membuai. Namun dalam jeda yang lain, harapan mampu menenangkan.
Di titik yang paling membosankan, ia menjadi pemacu.
Dalam sebuah moment akhir tahun ini, diantara umur yang baru
dan tahun yang akan baru, aku kembali termenung.
Hidup yang terlalu singkat. Juga terlalu lama jika dihitung
pelan. Siapakah aku ? kemudian banyak ucapan selamat menapaki umur yang baru,
dengan penuh harapan untuk segala keinginanku yang baik. Sebagai layaknya manusia, aku terkejut.
Ternyata manusia ini dianggap ada. Manusia ini dianggap eksistensinya.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, Setelah itu apa ? Sebagai
selayaknya manusia, apa yang telah diperbuat untuk manusia sesamanya? Apa yang
akan di perbuat kelak dengan manusia yang semakin ringkih, tua, dan berdebu
ini?
Angka – angka yang terlanjur berganti di kalender, malahan
membuatku terus mengular.
Di tahun ini banyak juga yang tidak terselesaikan. Terlalu
banyak rencana, malah banyak yang tidak terlaksana. Kemanakah menghindar ?
Semoga esok, bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang. Bisa jadi pribadi yang menyenangkan bagi manusia lain. Bisa terus berefleksi apa yang telah
diperbuatnya di peradaban ini. Apalah manusia jika ia tidak bisa menyenangkan
manusia yang lain. Semoga.
2 komentar: