Sekali (lagi) Tentang ...,
Terbangun tiba-tiba dengan
terkejut. Aku ingat beberapa fragmen waktu yang membawa pergi ke tempat tidur. Aku merasa aneh di kamarku sendiri, dengan lampu yang remang. Kemanakah langkah
yang pernah dibangun itu?
Hari ini juga sama, sama seperti
hari yang lalu. Tapi kaki juga tidak beranjak selangkah dari yang kemarin. Penat
yang mengendap bersama hari yang itu saja, bersama ambisi yang tidak juga
membawa pergi kemana pun, atau ini persoalan tidak punya teman kecil yang
menemani setiap obrolan – obrolan besar.
Saya baru saja bangun tidur. Bukan
tidur malam, tapi setelah pulang kerja di sore yang lelah, yang telah berhasil
menguras tenaga. Ini soal nurani keberpihakan yang mulai berbenturan logika
perut. Nurani yang terus dihantam pukulan perut yang lapar. Saya pikir
membiarkan mereka berkelahi dalam logika pun itu tidak baik.
Di tengah senjata yang saling
berhadapan, pun aku harus berpikir tentang bayangan dari nurani kebebasan,
kebebasan untuk setiap manusia yang hidup enak. Di tengah perkelahian di dalam
dada. Tapi membiarkannya terus-menerus juga tidak baik untuk seorang manusia.
Suatu hari yang juga sama,
seperti ini. Dalam mata yang terpejam, suatu kali bertanya kepada Tuhan yang
dicari : sampai kapan?. Ketika semua manusia di hadapkan kodrat untuk melawan. Bolehkah manusia melawan dalam diam?
Berhenti berpikir soal melawan.
Saya mulai berpikir soal mimpi
yang kemarin, Yang juga tidak beranjak pergi. Saya terbangun dalam ketakutan. Ketika
melihat banyak orang dengan mata berbinar bicara soal mimpinya, saya terlena
dengan itu
Rupanya jalan yang tidak
kelihatan ujungnya akan membuatmu berkeringat dingin. Takut diam-diam menjelma dalam
apa pun untuk bisa merasuk ke dalam otak yang mendidih.
Rasanya naif, jika menginginkan
wangsit yang masuk tiba-tiba hanya dengan doa. Padahal doa yang yang dipanjatkan hanya untuk menguji coba keberadaan.
Imaji tentang kenyamanan, memang menenangkan,
sekaligus pembunuh. Sehingga doaku ditengah hiruk pikuk, “TUHAN,
jika memang ada, keluarkan aku dari kenyamanan dan ketenangan,”
Karena mimpi juga sebuah perlawanan :
mencari jalan sembari berjalan.
0 komentar: