Kuatir,
“Kuatir tidak bisa menambah
sehasta saja dalam hidupmu”, kata – kata itu menjadi pembuka tulisan ini yang
berisi keresahan. Dalam kehidupan usang, siapa pun tahu, ketidakpastian adalah
keniscayaan. Kemudian dalam langkah yang tertatih, aku pun harus melangkah dengan
yakin dalam ketidakpastian.
Mungkin kita beruntung, masih
punya kuatir yang begitu besar, agar otakmu terpakai, mungkin saja, sudah lama
tidak terpakai. Walaupun kamu tahu bahwa kapasitas otak dengan kemampuan
maksimalnya pun belum cukup untuk menebak ada apa di balik tembok besar yang
kamu takutkan itu.
Langkah yang yakin. Hati yang
mantap. Namun dipenuhi dengan ketidakpastian.
Teori The Law Of Attractive pernah
mengatakan demikian, “alam akan menarik hal – hal yang kamu pikirkan, dan akan
terjadi”. Menguatirkan hal yang negatif kemungkinan akan menarik semua energi
negatif. Lalu aku menjawab, “dari mana datangnya kuatir.. ?” darimana datangnya
kemampuan manusia yang berlebihan untuk mampu menebak – nebak ada apa di depan
sana.
Bukankah kuatir juga salah satu
ciri manusia yang modern, bahwa manusia bukan sekedar mamalia yang makan –
tidur – main, tanpa mampu memikirkan apa yang di depan. Manusia bukan kambing
yang hanya sekedar mengembik di pagi hari agar keluar dari kandang dan bermain
di rumput hijau. Lalu pulang, kemudian mengulanginya terus menerus.
Tembok yang menjulang tinggi di
depan, membuat otak manusia berputar – putar kemudian mengira- ngira ada apa di
balik tembok.
Langkah yang terayun pelan –
pelan, seperti detak jarum jam yang berputar searah otak yang berdetak juga..
tikk... tokk.. tikk... tokk.
Kalau kuatir tidak bisa menambah
sehasta saja dalam hidupmu. Tapi merasakan kuatir itu adalah ciri dari
kemanusiaan.
0 komentar: