Benci,
Aku ingin bisa membencimu. Lebih dari apa pun, ajarilah aku untuk membencimu. Bagaimana caranya agar aku bisa membencimu ?
Aku pahami kamu mungkin lebih dari kau tahu. Entah dari
mana aku tahu itu. Sila bertahan dengan arogansimu. Dengan sengaja
berbuat salah agar aku bisa membencimu.
Mari kita beradu, siapa yang akan membenci lebih dulu ?
Aku atau kau.
Aku rela dibenci terlebih dahulu. Lakukan itu. Lakukan. Maki aku. Marahi
aku. Umpati aku. Pukuli aku. Sakiti aku.
Dari kebencianmu mungkin aku bisa menyerah. Karena aku tidak
punya alasan membencimu.
Tapi jika kebencian kepadaku juga tidak ada. Maukah kau
menyerah dari arogansimu ?
...
Ayahku pernah bilang, benci tidak akan datang jika kasih
terlalu besar. Yang aku tahu, bahwa
lawan kata dari kasih adalah mementingkan diri sendiri. Kasih bisa mengalahkan
segalanya. Kasih bisa melegakan. Aku lebih percaya dengan itu daripada sebuah arogansi.
Mungkin aku terlalu idealis bicara soal itu. Tapi kacamata
ini yang aku pakai. Kasih punya kekuatan. Ia tidak lahir tiba – tiba. Ia adalah
fragmen kecil yang dibuat menjadi semakin membesar.
Bagaimana bisa membenci jika ia punya kasih terlalu besar.
Siapakah manusia dengan segala dosanya, kemudian Tuhan tidak pernah lihat itu ?
Darimanakah manusia bisa mendapat tempat?
...
Atas nama arogansi, sila benci aku. Dengan segala daya, sila marahi aku. Lakukan saja jika itu memang melegakan.
Jika itu juga tidak bisa melegakan. Bersediakah kau menyerah
dengan arogansimu ? Lalu kembali kepadaku, masih banyak hal yang belum selesai.
0 komentar: