Kecewa dan Bahagia

Thursday, March 06, 2014 Standy Christianto 0 Comments

Manusia punya tujuan dalam kehidupannya. Ia berbohong jika tidak punya mimpi, tujuan, dan apa pun itu yang dapat membuatnya bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya. Albert Einsten yang secara terang – terangan yang mengatakan ia adalah seorang bohemian, tapi dalam perjalanan hidupnya dari buku yang saya baca, ia sejak kecil sudah berencana untuk hidup bergelut dengan rumus-rumus.

Pembedanya adalah apakah manusia itu sadar atau tidak. Ada manusia yang sadar dengan rencananya, ia merancangnya dengan detail per detail. Apa yang musti dilakukannya dan yang tidak dilakukannya. Ada juga manusia yang tidak ingin merancang rencananya, mungkin ia lelah dalam merancang karena seringkali gagal. Kegagalan memang melelahkan. Membuat orang tidak percaya lagi dengan mimpi, tujuan, dan sebagainya yang menandakan ada apa di depan.

Saya selalu memaknai mimpi sebagai bahan bakar. Ia adalah bahan bakar. Kecapaian mimpi bukanlah tujuan akhir. Prosesnya adalah utama. Saya sadar, tidak mungkin serakah dengan seribu hari. Setiap kali bangun pagi, selalu menikmati pagi. Udara pagi pagi per pagi adalah kenikmatan tiada tara. Suatu kali saya pernah menulis, “aku tidak pernah meminta pagi untuk lusa, aku hanya meminta untuk esok pagi, kalau tidak bisa memaknai hidup untuk esok pagi, untuk apa ada lusa? Untuk apa ada seribu hari?

Hidup yang dijalani dengan hari per hari, membuat tidak pusing. Saya yang mencari hidup yang tenang, seringkali sulit memikirkan lusa atau kapan pun. Dan  tidak akan mampu.

Kegagalan memang sering kali mengaburkan. Kita sejak kecil dihipnotis habis-habisan kalau semua harus berhasil. Keinginan yang besar harus terjadi. Jika berhasil ia akan sukacita tiada tara. Kita manja dengan keinginan yang harus dipenuhi. Jika mampu memenangkan pertandingan ia merasa bangga menjadi juara. Kemudian lupa, kalau ada namanya kegagalan, ada namanya kecewa, ada sedih, ada tangis.

Kesalahan manusia adalah tidak pernah mempersiapkan kegagalan. Mungkin manusia tidak mau gagal. Tidak mau diremehkan. Tidak mempersiapkan kecewa. Tidak mempersiapkan sedih. Tidak mempersiapkan apa pun untuk sebuah kesalahan.


Manusia yang merencanakan keberhasilan juga perlu menyiapkan kegagalan. Dan manusia yang seringkali gagal tahu, kalau ada batas kemampuan manusia. Seagungnya pikiran dan perasaan manusia, kebahagiaan dan kekecewaan adalah keniscayaan. Saya adalah manusia yang seringkali gagal. Hidup itu sesederhana : berencanalah semampu mungkin dan jalani hidup hari per hari dengan terbaik, siapkan kecewa. Karena hidup cuma dua, soal kecewa atau bahagia. Itu saja.


You Might Also Like

0 komentar: