#15
Jalan yang kemarin baru
kelihatan. Ini Perjalanan yang tidak pernah habis. Aku sudah melangkah sejauh
ini dengan langkah yakin tapi gontai. Suatu kali aku pernah berpikir, “kelak
siapa yang bisa kamu yakini, jika meyakinkan diri sendiri saja tidak mampu,”
Ada kalanya kamu lelah, namun
juga tidak mau menyerah. Percobaan demi percobaan memberikan gambaran, bahwa
sesungguhnya manusia yang paling baik adalah mereka yang ingin terus maju,
walau langkahmu terayun pelan dengan ragu.
Aku jadi ingat, kata – kata seorang
ayah, “jika kamu berhenti dalam usia muda, artinya kamu sudah tua,”. Aku pun
tidak pernah berhenti mencari jalan di tengah hunian ramai, yang kadang
tersesat, tapi langkahku tetap untuk tidak ingin berhenti. Seperti di kitab
amsal, ada yang menganggap jalannya lurus, tapi sebenarnya menuju maut.
Entah mungkin manusia yang daif
ini terlalu angkuh untuk mengatakan dirinya sedang lemah. Lagipula kalau saja
hidup ada pentunjuknya, tentu manusia tidak akan merasa tersesat. Salah siapa
ya, manusia dibiarkan berjalan tanpa
arah yang pasti. Pikiran yang melambung dan mimpi yang membumbung sudah
terlanjur membawanya pergi, jadi aku biarkan saja kemana arahnya.
Suatu kali aku terdiam dalam
lamunan kemudian larut didalamnya. Jika manusia diberikan imajinasi liar yang
membumbung, lalu imajinasi itu tidak bisa menjadi sebuah realita. Lalu untuk
apa manusia diberikan imajinasi? Ah, itu
mungkin melantur.
Suatu kali seorang pintar
berkata, imajinasi lebih penting daripada intelegensi. Tapi mungkin dia sedang
berbohong. Sesungguhnya intelegensi bisa membawamu pergi, namun imajinasi hanya
bisa membuatmu tertidur sampai pagi.
Bahwa hidup adalah labirin –
labirin ruang dan waktu, suatu ketika
tersesat dalam ruangan komplek, kemudian tidak tersadar kamu sedang terjebak di
pola waktu yang tidak punya toleransi. Padahal kamu diberi kesempatan untuk
mencari jalan keluar di ruangan yang kompleks itu. Imajinasi liar membawamu
keluar untuk mendapatkan tempat yang indah daripada di labirin – labirin ruang
itu.
Akh.. aku memilihnya untuk
membiarkan beradu sampai mati. Menikmati pergolakan dalam gemuruh keracauan
imajinasi dan intelegensi. Membiarkannya membumbung ke langit sampai menyentuh
bintang kemudian jatuh kembali ke bumi.
0 komentar: