Wayang

Saturday, January 21, 2012 Standy Christianto 0 Comments

SUASANA nonton wayang mengingatkan saya dengan masa kecil. Ini serius.  Dulu, saya masih ingat, suasana seperti ini. Keadaan yang ramai seperti sekarang, berdesakan orang jualan kacang, jagung yang ditemani dengan lampu templok. Dan saya merasakannya lagi.

BUKAN karena saya sok kekotaan. Seumur hidup beru pertama kali saya lihat langsung wayang sesungguhnya dengan dalang dan bunyi-bunyian sinden. Tengah malam ini, saya merasakan atmosfer masa kecil. Ini serius.

ATMOSFER ini hampir mirip dengan dulu kecil saat  menonton layar tancap.

ARTINYA, saya pernah merasakan keadaan seperti ini. dengan riuh orang yang bergegas kumpul menyaksikan pertunjukan rakyat. Hal seperti itu dapat dirasakan malam ini. desak – desakan orang mengingatkan saya waktu kecil. Barang dagangan itu juga hampir mirip.

INI barang kali adalah sebuah ironi. Tempat dulu saya kecil tidak lagi seperti ini. Saya pikir bukan tempatnya sudah berubah. Tapi kebiasaan yang telah berubah.

SAYA sering bertanya dalam hati, seperti apa hidup yang lebih baik dan telah maju  itu? Berada di sebuah kebiasaan lama, dengan kultur dan tingkah pola lama, atau mengikuti perkembangan teknologi.

SEBENARNYA, saya juga tinggal di desa, di kartu tanda penduduk pun masih tertulis desa. Namun, atmosfernya telah berbeda. Saya dan radius beberapa kilometer sekitarnya telah berubah.

SAYA bukan lagi seorang anak kecil yang senang keramaian pertunjukan rakyat, seru melihat pedagang dengan lampu remang – remang. Sekarang, berubah menjadi anak yang terbiasa dengan hiruk pikuk kota.

WAYANG terlihat begitu lucu, keramaian dan hiruk pikuknya juga masih melintas sama. Tidak jauh berbeda dengan pertunjukan layar tancap.

DI tengah malam ini juga, wayang telah melempar saya ke belakang. Dan saya mencoba merefleksikan diri.








You Might Also Like

0 komentar: