Gelap,
Gelap, bagi aku dan mungkin sebagian
orang adalah ketakutan. Sebab gelap, tidak munculkan cahaya yang memantul sehingga
benda tidak dapat dilihat. Akan ada langkah kaki yang terhenti berkalikali
karena tidak yakin melangkah. Tapi kalau ada keinginan, tetap saja mencoba meraba jalanan
yang sudah berkalikali dilewati.
Hidup soal perjalanan, kan? Jadi gelap itu mencemaskan.
Aku sedang berimajinasi semu di
dalam ruangan bersekat yang tidak pernah tahu masih ada orangnya atau tidak. Aku berada dalam ruang yang gelap tanpa
cahaya. Aku mengkhawatirkan jalanku sendiri, mungkin salah jalan. Hanya mengandalkan
petunjuk dengan kata yang kian ambigu yang dirangkai kalimat yang juga
multitafsir.
Terang dalam bentuk apapun selalu
menenangkan. Sekecil apapun, baik dalam percikan api maupun titik sinar bintang
yang berpendar, diantara langit berselimut gulita. Atau itu seperti lampu besar
di jalan raya yang menunjukan badan jalan berupa garis putus – putus. Di dalam
gelap, terang dalam bentuk apa pun juga adalah kejutan.
Aku mencari jalanku sendiri,
menggunakan insting yang tidak punya pembuktian dan pembenaran apa pun.
Kemudian dalam sinar itu, ada siluet bayang hitam semakin muncul sedikit demi
sedikit, aku sambut dengan langkah tegas, walau melangkah sedikit demi sedikit.
Berjalan atas nama suara yang muncul dari relung hati yang samar.
Saat tiba disuatu titik. Bebb!
Tiba-tiba cahaya itu sirna. Padam.
Tiba-tiba cahaya itu sirna. Padam.
Panik, kehilangan jejak dalam gulita
yang menakutkan itu,
Mencari jalan,
Membuat pesan dengan gelisah,
Tapi mungkin malah disambut diam-diam
dengan tertawaan. Entahlah.
0 komentar: