Mimpi 2012

Friday, December 30, 2011 Standy Christianto 0 Comments

MIMPI itu bisa membakar semangat. Sinar matahari saja tidaklah cukup untuk membakar kertas, tapi jika sinar itu dikumpulan oleh lup, maka akan bisa membakar kertas bahkan bisa membesar untuk membakar rumah. Teori ini yang dipakai oleh diri kita untuk meraih sesuatu. Saya yakini itu.

BANYAK orang yang ingini sesuatu namun tidak mendapatkannya. Apakah itu salah ? tidak juga. Setiap orang yang mendapatkan apa yang diinginkannya berasal dari mimpi. Sumber keinginan itu adalah mimpi.

TAHUN ini saya punya resolusi untuk bisa menembus juara penulisan. Entah kenapa saya berpikir tentang itu, dan memberanikan menuliskannya disini. Tapi memang kenginan lama, sejak masuk di organisasi yang bergerak di jurnalistik. Saya punya motivasi itu.

INI berawal dari kepercayaan teman – teman dengan untuk menjadikan pimpinan redaksi dua periode. Jujur saja, buat saya ini hal aneh. Saya adalah orang yang paling benci dengan menulis. Saya masih ingat, saya tidak pernah mencatat ketika sekolah dulu. Menulis adalah pekerjaan membosankan. Saya tidak punya latar belakang suka menulis.

SAYA adalah orang gila. Jika tidak bisa dibilang nekat. Alasan saya masuk ke Agrica adalah ingin merubah kebiasaan saya yang tidak suka dengan menulis. Buat sebagian orang memilih adalah sebuah pilihan untuk memilih untuk apa yang disenanginya. Tapi saya tidak.

SAYA benar – benar ingin belajar berubah dengan kebiasaan lama. Saya ingin menyukai menulis. Dan saya lakukan itu untuk terjun dengan hal yang tidak saya sukai. Akhirnya, saya belajar  bertahap, entah apa yang ada dipikiran teman – teman saat itu. Saya sekarang merasa punya tanggung jawab moral untuk menghasilkan dari apa yang telah saya pilih.

YANG kedua, saya ingin sekali ”go abroad”, mungkin ini gila. Tapi tidak apa – apa. Saya memang orang gila. Gila dengan mimpi saya. lagipula saya tidak peduli dengan pendapat ini dari orang lain. Saya akan mencobanya, sebelum saya lulus, saya ingin merasakan bagaimana belahan dunia luar sana.

MIMPI akan bisa membawa semangatmu entah kemana. Dalam teori semesta mendukung, jika kamu punya keinginan yang kuat, maka semesta akan mendukung. Entah bagaimana caranya, ada saja hal yang membuat kejutan. Hidup ini penuh kejutan. Tuhan itu Maha Surprise. Apa yang kamu inginkan pasti   akan terlaksana, itu kata semua tokoh dunia yang pernah saya baca bukunya.

SAYA tidak takut untuk bermimpi. Saya juga tidak malu menuliskan disini.  Ini sudah menjadi kebiasaan untuk menuliskan mimpi setiap tahun. Jangan pernah takut bermimpi.. lakukan hal gila dalam hidupmu ..

0 komentar:

Refleksi Tutup Tahun

Friday, December 30, 2011 Standy Christianto 0 Comments

TEPAT malam ini akan menutup tahun. Rasanya, tidak ingin terlalu cepat untuk menutup tahun. Saya belum benar –benar sepenuhnya siap. Bagi sebagian orang, menyambut tahun baru adalah hal lumrah, sebagian yang lain mengatakan hal yang dinanti, dan saya adalah bagian yang tidak keduanya.

SAYA memilih merekfleksikan tahun kemarin, mencari apa aja yang sudah saya lakukan, dan belum lakukan. Tahun ini adalah tahun yang paling menusuk. Saya rasa ini tahun yang paling gila dalam hidup saya. Saya merasakan di tahun ini saya lari begitu kencang. Entah apa yang dikejar, saya sering tidak fokus, dengan keadaan  sekeliling. Saya mungkin terlalu serius menanggapi tahun ini.

HAL yang paling menusuk adalah kehilangan laptop berserta tas saya. Ini hal yang paling melecehkan buat saya. Gara –gara itu saya hampir kehilangan kepercayaan diri, ketakutan dengan sesuatu. Saya rasa ini aneh, saya yang begitu percaya diri, namun gara – gara laptop saya merasa ada bagian diri saya yang hilang. Saya benar- benar malu saat itu.

TAPI gara – gara itu juga saya bisa bikin tulisan yang masuk ke koran nasional. Ini hal yang aneh, kejutan. Saya memang punya mimpi untuk bisa tembus ke koran nasional. Ini resolusi saya di tahun 2011. Dan ini adalah kejutannya. Saya enggak tahu kenapa saya ingin membuat tulisan. Tiba – tiba saja saya kepikiran untuk  protes di surat kabar.

ADA dua hal lagi yang menjadi mimpi saya di tahun ini. Seperti yang sudah saya tulis di blog ini. Buat sebagaian orang, IPK 3 itu hal wajar, tapi buat saya tidak. Buat saya yang asik dengan dunia saya sendiri, dunia yang saya senangi. Tidaklah mudah.

UNTUK saya yang menggangap teori kuliah yang tidak begitu penting dari pada belajar di dunia sebenarnya, sehingga mengurangi ketertarikan saya dengan teori kelas. Memang tidak mudah. Apalagi saya  mencari jalan untuk tidak menyontek. Mendapatkan IPK 3 tanpa menyontek memang sulit. Saya yang sudah terbiasa menyontek untuk memilih memutar haluan. Dan kenyataannya,  memilih melawan arus kenginan sendiri itu sulit.  

SAYA tidak tahu apakah mimpi ini tercapai, beberapa hari lagi saya ikuti ujian. Saya akan berusaha sekuatnya untuk mencapai hasil maksimal. Ini kesempatan terakhir untuk mendongkrak nilai. Saya harus bisa.  

SAYA punya ide gila di tahun ini, entah mengapa saya berpikir untuk mendapatkan nilai toefl 500. Hal yang seperti ini mungkin mudah. Tapi buat saya, sekali lagi ini tidak mudah. saya ingin mencoba tes mungkin di tahun ini. Kita lihat saja nanti.
SAYA menuliskan ini sembari mendengarkan lagu akustik, seperti biasanya di setengah volume. Mendengarkan ini setelah baru saja terjaga dari tidur. Malam ini adalah malam terakhir di tahun di 2011. Saya ingin membuat mimpi gila di tahun 2012. Tunggu saja nanti.. .

0 komentar:

Resolusi 2011

Saturday, December 24, 2011 Standy Christianto 0 Comments

ini resolusi 2011, yang saya buat di akhir 2010, ada tiga hal yang menjadi resolusi di tahun ini (2011). 
Saya posting disini, karena saya akan bikin tulisan tentang resolusi di tahun 2012. Sebagai perbandingan saja, sebenarnyaa. Karena nanti saya juga akan menuliskan resolusi apa saja yang tidak tercapai dan yang telah tercapai... 
just about me !! cekidot !!


Mengakhiri sesuatu ternyata lebih sulit. Apalagi jika berharap yang indah untuk bagian akhir. Jujur saja, saya takut mengakhiri tahun ini. Dari semua tahun –tahun yang dilewati. Rasanya tahun ini menjadi yang paling parah. Saya nilai parah berdasarkan sesuatu yang tercapai.

Setiap tahun, tepatnya diawal tahun, selalu menuliskan apa yang bisa saya harapkan, mimpi yang akan dicapai adalah target ditahun yang akan datang. Setiap tahun. Paling tidak, beberapa tahun yang lalu sering mengikrarkan apa yang menjadi mimpi. Saya percaya mimpi dan harapan adalah bahan bakar kehidupan. Keduanya akan menjadi kekuatan dalam menjalani hidup.

Saya kira semua orang berhak dan layak untuk bermimpi dan berharap. Semuanya gratis, tidak bayar. Mengutip salah satu tokoh yang bukunya sering saya baca, “bermimpi itu gratis”. Justru jika tidak bermimpi akan membayar dengan mahal. Maksudnya, mahal disini adalah penyesalan. Karena banyak tokoh-tokoh dunia yang mencapai titik suksesnya berawal dari mimpi yang kecil dan sederhana. Meminjam isltilah dari Walt Disney, “jika anda bisa memimpikannya anda pasti bisa melakukannya,”.

Tidak cukup dengan itu? Saya juga pernah mendengar dari orang Indonesia yang sekarang menjadi diva di negeri orang, Prancis. Anggun dalam sebuah acara di Kick Andy, mengatakan,” jika kamu punya mimpi cepat bangun, lakukan dan jangan tidur lagi,”

Berangkat dari motivasi itu, saya selalu bermimpi setiap tahun dan menuliskannya, mulai dari mimpi untuk keluarga, pribadi, sekolah (waktu itu masih sekolah), dan lainnya. Biasanya akan saya tulis lalu saya simpan sebagai pembangkit semangat, manakala saya lemah.

Entah mengapa, di tahun ini yang berawal dari mimpi awal tahun lalu banyak yang tidak tercapai diantara list mimpi yang tercapai. mungkin karena serakah bermimpi. Tapi saya tidak ingin terkurung di tahun esok. Baru beberapa hari yang lalu saya menesehati seorang teman agar fokus terhadap masa depan. Jangan hidup di masa lalu. Langkah hari ini adalah persiapan di masa depan. Masalah yang ada, bukan berarti tidak memberi ruangan pada rasa peduli dengan keadaan sekarang.

Saya ingin menjadi sesuatu yang baru di tahun esok, jika ingin sesuatu yang baru tentu harus ada perubahan. Tidak mungkin menginginkan hasil yang berbeda dengan cara yang sama. Jika saya ingin bermimpi agar tulisan saya lebih menarik, dan bisa tembus di Koran nasional tentu harus mengeksplorasi kemampuan menulis saya. Jika ingin pandai berbahasa asing, khususnya bahasa inggris yang memiliki nilai TOEFL minimal 500, tentu harus rajin membaca dan belajar bahasa inggris. Jika ingin mendapatkan IPK lebih dari 3 tentu harus banyak belajar.

Mimpi saya yang terlalu muluk itu, optimis dapat dicapai. Namun, kerapkali keadaan memaksa untuk tunduk terhadapnya. Misalnya, karena tanggung jawab saya harus meninggalkan waktu untuk membaca bacaan bahasa inggris. Tentu ini sangat menggangu. Diantara mimpi dan tangggung jawab selalu tidak bisa serasi.

Memcari pola yang tepat memang tidaklah mudah. Tekanan di dunia nyata lebih kuat, artinya mimpi yang tadi bisa saja luntur Karena tekanan di dunia sebenarnya menjadi beban. Ingin mengerjakan tugas dan tanggung jawab. Dilematis, keadaan memaksa untuk bergerak, namun hati ini berkata diam. Keadaan memaksa untuk bicara, namun hati ingin membaca mencari ide.

Mimpi adalah bahan bakar kehidupan, berada bersamanya akan membuat semakin kenyang berlari. Berada bersamanya akan lebih fokus untuk mencapai target di akhir tahun. Tentu semuanya itu, perlu pengorbanan. Tidak ada ada yang mudah. Perasaan takut tidak tercapai pasti menghantui...

* yang diBOLD adalah resolusi saya :D

0 komentar:

Orang Gila

Thursday, December 15, 2011 Standy Christianto 0 Comments

RAMBUTNYA gimbal tidak terurus. Tatap matanya kosong. Bercelana pendek tidak berbaju. Mukanya cemong penuh kotoran. Badannya dekil. Ia duduk tepat di depan pintu gerbang, menutup jalan masuk.

SAYA mengerutkan dahi. Aneh.

SAYA baru pulang dalam keadaan capek, setelah pulang dari kampus, dari jauh saya melihat dengan heran, pria itu berjongkok di depan rumah. Orang itu memang asing. Dan saya rasa juga memang bukan orang waras.  Saat itu malam tepat di tengah, hampir berganti hari. Karena baru saja saya pulang dari kampus, berkutat dengan berita.

SAYA yakin ia memang orang gila. Saya tidak berani masuk ke rumah, akhirnya juga saya memilih menunggu.  Lagi pula jalanan sepi. Tidak ada orang. Saya tidak mau ambil resiko, tiba – tiba orang itu berontak, dan teriak karena saya usir. Lalu, tetangga terbangun dari tidur.

AKHIRNYA saya memilih pergi, untuk menunggunya di angkringan, sambil menikmati mendoan.

SAYA pikir jadi orang gila itu enak. Pikirannya terbang bebas, tidak ada beban. Ia tidak peduli dengan apapun yang terjadi, tidak peduli juga dengan orang lain di sekitar. Ia orang yang bebas. Orang gila punya kebebasan lebih dari orang waras.

ORANG gila bisa menikmati hidupnya tanpa peduli dengan orang lain. Orang waras kalah dengan orang gila. Yang gila punya kebebasan, tapi yang waras terperangkap dengan pikirannya. Pikiran yang waras sering kali memutar hidupnya, merasa sudah di depan, namun sebenarnya masih jalan di tempat.

ORANG waras sering kali berpikir jauh dari yang seharusnya. Terlalu berperasaan baik untuk memikirkan pendapat orang lain, padahal pendapat itu juga belum tentu benar. Yang waras terlalu banyak mendengarkan orang lain, dari pada berdiam diri untuk mengikuti kata hatinya yang bebas.

ORANG gila itu punya hal – hal “waras” yang tidak dimiliki oleh yang merasa dirinya waras. Ia mampu jalan tanpa arah, mengikuti arah hatinya, ia punya pilihan dan tidak ada siapapun yang mampu menahannya. Ia hidup seperti angin, kemana angin berhembus, ia tetap hidup bebas.


SAYA terdiam. Malam ini saya belajar. Bagaimana hidup bebas, tanpa memikirkan beban. Imajinasinya terbang bebas, dan tidak terperangkap dengan penglihatan sekitar. Saya terdiam. Memilih pulang ke rumah.

DAN ternyata ia sudah tidak ada, mungkin ia sudah pergi mengikuti arah angin...



0 komentar:

Timpang

Friday, December 09, 2011 Standy Christianto 1 Comments


SETIAP hari saya lewati jalan itu, tepat di persimpangan antara empat jalan. Setiap kali berhenti di lampu merah, tidak pernah lepas pandangan saya terhadap bangunan yang terdiri dari banyak kaca itu. Tidak hanya saya sebenarnya yang terperangah dengan bangunan yang kelak akan menjadi hotel bintang empat itu. Hampir setiap orang yang saya perhatikan, pandangannya juga tak lepas dari sana.

SUATU saat nanti, bangunan itu akan menandingi langit. Menjulang tinggi dengan gagah. Saya senang melihat bangunan tinggi. Bukan karena saya sering melihat seperti itu di jalanan ibu kota, tapi saya memang orangnya suka sekali melihat sesuatu yang gagah.  Gedung itu menantang langit dan angin, bayangkan perlu berapa kali hitungan untuk membuat proyek seberani itu ? tidak semua orang yang bisa melakukan itu.

ENTAH berapa lantai yang dibangun, rasanya dari jarak ratusan meter bila dipandang pun akan kelihatan wujudnya. Kebanggaan ini juga yang menjadi kebanggaan pemerintah daerah. Mungkin ini dianggap sebuah prestasi, bila investasi yang besar seperti itu akan meningkatkan gengsi.

SETIAP kali saya melintas gedung itu, juga terselip kata miris. Saya mencoba menebak – nebak apa yang terjadi kelak, bila hotel itu telah selesai. Apa yang akan terjadi setelah hotel itu berdiri ? banyak mobil – mobil mewah keluar masuk hotel, melintas dengan gagah. 

BANGUNAN gagah itu akan berdiri dengan angkuh, rumah  - rumah kecil di sekitarnya akan tampak sangat kecil, belum lagi hotel itu  berhadapan dengan rumah dinas militer,  ada yang tahu berapa besar rumah dinas militer, ? di sebelah selatan ada rumah kosong, terus ke selatan lagi juga tidak ada yang bisa menandinginya. Tidak ada yang bisa menandingi gagahnya hotel itu kelak, sebelah utara juga demikian, sebelah barat apalagi.

RASANYA hotel itu kelak bukan bagian kota ini. Dan bukan juga kebanggan kota ini,  lebih pada gengsi daerah dengan bangunan yang gagah dan berdiri dengan jumlah lantai yang banyak. Saya sudah besar di kota pinggiran ibu kota, sudah tentu saya sering melihat bangunan besar, saya senang dengan itu. Bukan berarti saya bangga dengan itu.

BANGUNAN itu kelak akan kokoh berdiri angkuh, rasanya ia tidak peduli dengan ketimpangan di sekitarnya. Ibarat bom, radius kiloan meter akan merubah kultur sosial masyarakat di sekitarnya.

TAPI percuma juga mencaci – caci. Mau tidak mau saya harus pulang melewati jalan itu lagi, bangunan itu juga masih tampak sama aja,  menantang langit,  dan bangunan sekitarnya seperti memelas langit  ....

1 komentar:

Natal

Thursday, December 08, 2011 Standy Christianto 0 Comments

hari natal adalah hari dimana kita kangen rumah,
walaupun kita sedang berada di rumah
- Carol Nelson -


Hari ini tepat di bulan desember.  Ini kali ketiga saya  merasakan suasana natal jauh dari rumah.  Sebelumnya, saya merasakan natal biasa saja. Layaknya, orang yang rindu akan keramaian dan hingar bingar hari raya.

Natal pun tetap sama, tidak berubah, jatuh di hari yang sama. Yang membuatnya berbeda adalah posisi saya.

Tiga tahun berada jauh dari rumah.  Artinya, sudah cukup lama saya bertaruh dengan apa yang telah ditinggalkan. Suasananya, hangatnya, dan ramainya. Natal ini mengingatkan saya tentang impian. Hanya saya dan Tuhan yang tahu.  Dan beberapa minggu lagi, tepat tiga tahun yang lalu.

Tiga tahun itu memang tidak terasa. Rasanya, saya masih berada di rumah, dan hari  - hari menjelang natal ini mulai senang jalan – jalan, dari mall ke mall, melihat pohon natal berhiaskan pernak pernik natal. Atau mungkin juga, suasana natal di rumah, dengan kesibukan  di gereja.

Sekarang, saya tidak merasakan itu mulai tiga tahun lalu. Siapa pun setuju bahwa ini sebuah konsekwensi yang harus diterima oleh orang yang mau mengejar impiannya. Saya dan teman – teman lain tentu juga merasakannnya.

Natal dan segudang ceritanya akan membuat saya terus merindukannnya.

Karena semua yang aku miliki sekarang tidak bisa menggantikan setiap rasa, seperti bersama hangatnya keluarga untuk merayakan hangat dan damainya Natal di rumah…

0 komentar:

Malas

Saturday, November 19, 2011 Standy Christianto 0 Comments



GELAP membuat imajinasi saya terbang bebas.  Sepi membuat saya berpikir.  Desir angin malam menusuk kulit menyuntik semangat. ..

ALIH – alih menyisakan siang untuk berpikir, malah tidur ...

LAPORAN PKL seakan memanggil saya untuk digarap, tapi apa daya tangan tak mampu menari ..

SAYA cuma bisa diam, menikmati “heal the world dan you are alone” diputar dengan setengah suara di laptop saya. Apa karena siang yang tak akrab dengan otak.. ? jadi Tidak ada sengatan apapun, tidak ada getaran apapun, yang ada hanya hasrat untuk menidurinya siang ini.

PERNAH rasakan, bagaimana malas memaksa untuk tidak melakukan apapun.  Saya sedang merasakan itu sekarang. Tanggung jawab seakan berada di depan muka, dan saya hanya melirik tanpa dosa, tanpa menyentuhnya sama sekali ..

SAYA sedang terlena menikmati lagu diputar sambil melenggang kangkung . Seperti orang yang sedang  jalan – jalan ke tempat yang harus dikunjungi. Lalu melihat – lihat sekeliling,  tapi tidak ada yang menarik hati ... cuma lihat sesekali, lalu pergi. Sadis.

BERI saya sesuatu yang dapat menarik hati.  Saya sudah tahu itu penting. Tapi, kasih tahu saya hal menarik lain, selain hal itu penting.  

KEMBALI kepada malam. Sepi membuat otak saya berputar, malam sudah akrab dengan sel otak, dan siang tidak. Apa karena itu ? kebiasaan itu yang membuat otak saya sangat akrab. Sehingga ia dapat memnyampaikan pesan itu pada tangan untuk menari.

SAYA memang begitu.  Segala hal dapat diajadikan alasan untuk kemalasan. Jangankan malam, hal kecil saja bisa dijadikan alasan, bahkan sesuatu yang tidak layak untuk jadi alasan. 

SAYA memang begitu. Semakin pintar, semakin banyak alasan.

KARENA saya sedang malas. Penat dengan tugas....
  
ZZZZZzzzzzzzzzzzzzzzz.........









0 komentar:

MENANTANG GLOBALISASI DENGAN AGROINDUSTRI

Friday, November 18, 2011 Standy Christianto 0 Comments


 *esai ini pernah "mengadu peruntungan" di perlombaan esai, sayangnya belum beruntung .. heheh. Kalo ada saran, kritik, pujian, sampai hinaan, silakan sampaikan di kolom komentar :))

Globalisasi, membuat semuanya bebas. Ya, memang begitu. Saya menyebutnya sebagai perdagangan ‘telanjang’. Karena globalisasi membuat semuanya benar – benar ‘telanjang’. Produk dari negara lain dengan mudah masuk tanpa sekat. Mereka lalu bersaing dengan produk lokal. Juga sebaliknya, produk dalam negeri juga boleh dipasarkan ke luar negeri.

Di tengah gempuran globalisasi, komoditas pertanian juga terkena imbasnya. Beberapa kalangan menyebutnya ancaman. Sebagian lain menyebutnya tantangan. Di tengah sengketa itu, saya lebih memaknai globalisasi sebagai tantangan. Tentu bukan karena tak peduli kepada mereka yang bersikeras menuntut pemerintah keluar dari World Trade Organisation (WTO).

 Membangun dunia pertanian tak semudah teori di atas kertas. Karena apa yang diajarkan sejak kecil tentang kondisi tanah air yang subur tidak selamanya benar. Pertanian tak hanya bergantung pada tanah subur, juga kondisi iklim yang sesuai. Dan celakanya, belakangan kita dihadapkan pada iklim yang tak tentu. Gas buangan yang berlebih menyebabkan efek rumah kaca. Ini juga dialami negara lainnya. 

Klaim Indonesia negara agraris sering kita dengar. Kita punya jutaan sumber daya genetik dan terletak di khatulistiwa. Sehingga tongkat dan kayu bisa menjadi tanaman. Sejak kecil, kita telah dimanjakan dengan doktrin ini. Buku – buku sekolah dasar telah mengajari Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah.  Kalau tentang hal tersebut, saya agak setuju. Jika permasalahan pertanian timbul, masalahnya bukan pada sumber dayanya, tapi pengelolaannya. Percuma memiliki sumber daya genetik yang melimpah ruah jika tidak dikelola dengan baik. Karena memang pembangunan pertanian merupakan masalah kompleks yang saling terkait dari hulu ke hilir. Berawal dari pedesaan kemudian dinikmati oleh orang di perkotaan. 

Tapi sejarah juga mencatat, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelamatkan rakyat dari krisis ekonomi global. Kita tidak lupa peristiwa krisis 1998 silam. Ketika gejolak politik dan ekonomi kian tumbuh. Kala itu juga kita mengenal krisis moneter. Di tengah perekonomian yang kian terpuruk, ternyata pertumbuhan ekonomi sektor pertanian merangkak naik. Artinya, keberadaannya menjadi solusi penyelamat krisis sudah terbukti. 

         Data badan pusat statistik 2011 juga mencatat, pertanian sampai hari ini masih menjadi andalan dalam menghadapi globalisasi. Data menunjukan nilai ekspor komoditas pertanian lebih tinggi dari pada nilai impor, artinya pertanian mampu bersaing mendatangkan devisa bagi perekonomian Indonesia. Walaupun yang diekspor bukan bahan pangan yang menjadi sebuah wibawa negara agraris yang terletak di garis khatulistiwa, yaitu beras. Sesungguhnya, komoditas ekspor  didominasi oleh komoditas perkebunan. 

Disamping keberhasilan pertanian dalam mendatangkan devisa. Krisis  di tahun 2008, tampaknya mampu menjelaskan sisi lain keberadaan komoditas perkebunan yang diekspor. Saat itu, komoditas kelapa sawit merupakan primadona komoditas ekspor, tampak tidak berdaya menghadapi krisis tersebut. Karena negara yang menjadi tujuan ekspor minyak kelapa sawit, CPO (Crude Oil Palm),  kala itu sedang mengalami krisis.  Akibatnya, CPO hanya menumpuk di gudang, yang mengakibatkan harga CPO lokal jatuh. Hal ini menyebabkan petani kelapa sawit merugi

Kasus ini setidaknya menunjukkan, komoditas perkebunan kita masih berfokus pada barang mentah, yaitu meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit. Kebanggaan pemasukan devisa masih sebatas menjual dalam bentuk dasar, bukan sebuah produk yang siap konsumsi atau sumber energi. Setelah krisis selesai, kita baru tersadar butuh industri biodiesel, sebuah agroindustri dari CPO.

Ancaman ini yang ditakutkan oleh banyak pihak. Pertanyaan menyeruak, jika masih mengandalkan pada produktivitas untuk menghadapi perdagangan bebas, apa ada bedanya dengan kolonialisme tanam paksa ? berarti sama seperti 66 tahun lalu, ketika penjajah mencari rempah –rempah. Alih - alih meningkatkan hasil pertanian dalam negeri, ternyata petani dipaksa bekerja ekstra untuk meningkatkan produktivitas tersebut agar  permintaan negara tujuan terpenuhi.  

Prespektif ini juga dapat menjadi tolak ukur globalisasi sebagai sebuah tantangan. Tantangan untuk menciptakan sebuah sistem bernilai tambah, yaitu pembangunan agroindustri. Agroindustri identik dengan pembangunan pertanian off farm, yaitu pembangunan pertanian dalam tindakan lepas panen (pasca panen). Agroindustri adalah sebuah rangkaian kegiatan pertanian mulai dari produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran.

Sebagai sebuah sistem, agroindustri akan memberikan minimal dua efek, yaitu memberikan keuntungan komersial dan sosial. Masalah yang terjadi pada tenaga kerja pedesaan adalah upah yang didapat sebagai buruh tani terlampau kecil. Sehingga masyarakat desa lebih memilih menjadi tenaga kerja luar negeri. Sentuhan teknologi industri pertanian akan memberikan keuntungan ekonomis karena harga jual produk akan meningkat. 

Pembangunan pertanian harus mulai dari pedesaan, karena kehidupan petani berada di desa. Agroindustri yang dimaksud tentu bukan sebuah revolusi industri yang berkembang di Inggris abad 19. Tapi, industri pertanian dalam skala rumah tangga. Misalnya, di daerah Sokaraja, Kabupaten Banyumas dengan getuk goreng, produk siap konsumsi dari singkong. Singkong adalah komoditas tanaman yang mampu dikembangkan oleh masyarakat pedesaan. Dari singkong juga, sudah mulai dikembangkan menjadi  bahan bakar alternatif, yaitu etanol. Harapannya, tingkat kesejahteraan petani, yang lekat pada kehidupan pedesaan  akan ikut terangkat. Ini yang dimaksud keuntungan komersial.

Dari sisi sosial juga akan diuntungkan. Agroindustri bukan sekedar pengolahan komoditas pertanian yang telah panen. Namun, sebuah rangkaian mulai dari pengemasan, transportasi dan pemasaran. Sehingga tidak selalu tertuju pada teknik produktivitas hasil tanaman, tapi mulai melihat peluang kegiatan tersebut. Kegiatan seperti itu akan membuka lapangan kerja yang luas. Karena sebagai industri yang berbasis sumber daya alam, Agroindustri berpotensi dapat menciptakan lapangan pekerjaan. 

Potensi Agroindustri bisa dilihat dari ‘oleh – oleh’ khas dari suatu daerah. Contohnya, Purwokerto dengan tempe mendoan, yang mulai merambah kota besar Jakarta. Seperti yang kita ketahui tempe berbahan dasar kacang kedelai, dari kedelai juga kita mampu membuat susu kedelai dan kripik. Negara ini terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki oleh – oleh makanan  khas daerah masing –masing. 

Agroindustri yang mampu berkembang adalah yang sifat usahanya skala kecil, sejenis Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan menyebar di pedesaan. Tapi hal ini dapat menimbulkan permasalahan struktural. Posisi tawarnya terhadap pemerintah daerah rendah, sehingga pemerintah daerah lebih memprioritaskan investasi untuk skala industri besar non agroindustri yang sedang berkembang di daerah belakangan ini, seperti mall, pusat rekreasi dan pariwisata. 

Kemudian, masalah yang sering dihadapi oleh sektor pertanian adalah kurangnya sentuhan teknologi. Pembangunan Agroindustri sebagai tindakan pasca panen mutlak memerlukan teknologi. Teknologi tidak lahir dengan sendirinya. Disinilah peran kalangan terdidik di tingkat kalangan mahasiswa. Sebuah visi pembangunan pertanian harus datang dari kaum muda. Saya menyadari, sebagai generasi yang dilahirkan jaman serba instan, tanam – menanam merupakan kegiatan yang asing. Sebagian mungkin menilai menanam sebuah proses kegiatan yang menjemukan. Tapi teknologi Agroindustri bukan melulu soal menanam. Tapi bagaimana memikirkan agar  hasil tanaman tidak langsung dijual atau dimakan, lalu habis.

Sebuah visi juga harus datang dari pengelola negeri ini. Namun, kerapkali terlihat antara pemerintah, industri dan  perguruan tinggi tidak sinergis dalam kebutuhan penelitian dan riset. Kita perlu banyak belajar dari India, yang memiliki visi untuk menjadikan negaranya unggul dalam teknologi kendaraan bermotor. Kemudian, seakan seluruh energi penelitian untuk hal tersebut. Hasilnya, sekarang kita dengan mudah melihat kendaraan bermotor made in India.  Kita sudah berulang kali diselamatkan dari krisis oleh sektor pertanian, bukan tidak mungkin penelitian dan riset dipusatkan pada hal ini. Toh, kita adalah pemilik kekayaan sumber daya hayati terbesar di dunia. Tapi masih banyak yang belum dieksplorasi.

Agroindustri mengusung sebuah perubahan mendasar dalam pengelolaan pertanian. Pertanian yang berorientasi hasil produksi (on farm) bertransformasi menjadi industri teknologi lepas panen (off farm). Sehingga, masalah keterbatasan lahan yang kerap kali menjadi persoalan pertanian dapat teratasi. Salah satu negara yang mampu membangun agroindustri adalah Swiss, negara penghasil cokelat berkelas tinggi, ternyata tidak memiliki lahan untuk menanam cokelat. Tapi mampu mengolah kakao (bahan dasar cokelat) hasil dari tanah Indonesia. 

Akhir –akhir ini, kita juga merasakan krisis global kembali terjadi. Pertanian terbukti telah menjadi sebuah solusi penyelamatan krisis di tahun 1998 dan 2008. Bila terbukti di tahun ini, sektor pertanian dapat menyelamatkan kondisi perekonomian di tengah krisis, tentu ini bukan sebuah kebetulan. Jika kita masih terlena dengan orientasi hasil jangka pendek, yaitu devisa. Maka kita akan kalah start dengan negara lain. Visi pembangunan agroindustri harus dimulai dari sekarang. Semua energi harus diarahkan ke sumber daya pedesaan, karena pertanian berasal dari sana.

Di jaman serba digitalisasi dan modernisasi akan membuat sistem ekonomi berjalan sesuai perkembangan jaman. Jika menutup mata dengan hal ini akan membuat bangsa kita menjadi ‘katak dalam tempurung’. Perdagangan tanpa sekat alias ‘telanjang’ akan menuntut sebuah persaingan yang bebas pula. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menantang itu, kapan lagi kalau tidak sekarang ?

0 komentar:

PAHLAWAN

Tuesday, November 15, 2011 Standy Christianto 3 Comments



SEANDAINYA kamu diminta untuk memilih, siapa yang bisa kamu jadikan pahlawan ?

PERTANYAAN  itu telah mengelitik saya. Siapa yang bisa kamu jadikan pahlawan ? tiba – tiba pikiran saya melayang, mencari seseorang yang mampu dijadikan pahlawan. Tentu bukan pahlawan nasional. Iya, mereka adalah pahlawan, jelas. Tapi, bukan itu yang saya maksud. Pahlawan buat saya sekarang ini.

PIKIRAN saya jadi tertuju pada seseorang. Saya rasa jauh dari kriteria pahlawan di buku sejarah. Karena ia tidak pernah mengangkat senjata melawan penjajah. Ia juga masih hidup. Tidak juga membuat sesuatu yang menggemparkan dunia. 

MUNGKIN bagi orang lain ia biasa, tapi buat saya luar biasa. ia memiliki dualisme peran sebagai mentor ,dan juga sahabat. Hampir seluruh kata – kata motivasinya telah mengubah hidup saya. Kata yang masih teriang telinga saya adalah “Malu, pada tempatnya!”. Dulu,  saya memang orang yang pemalu. Saya tidak pernah percaya dengan kemampuan sendiri. Sulit menerima keadaan diri sendiri. Minder. Tapi ia selalu yakinkan, semua manusia sama. Sama – sama makan nasi.  Lalu, apa yang kamu takuti?

SEBAGAI laki – laki saya juga dituntut untuk bisa melakukan segala hal. Sebagai cowok, katanya, harus bisa segala sesuatu. Makanya, saya suka mencoba sesuatu yang saya suka. Hal aneh yang belum pernah saya mainkan, akan saya mainkan agar bisa. Apapun, segala sesuatu. Mulai dari olahraga, musik, mesin, dan apapun juga.

MANTRA ajaib yang selalu saya pegang. “Jangan pernah bilang tidak bisa, kalau belum mencoba”. Kalimat ini mampu mengubah pola pikir saya terhadap sesuatu. Kalau ingat kata – kata ini, ketakutan sekejap hilang. Sekarang, bagi saya, yang penting melangkah, yang penting coba. Urusan bisa, itu lain perkara. Mantra ini masih saya pegang sampai sekarang.

BUAT saya ia layak jadi pahlawan. Pahlawan adalah seseorang yang mampu menginspirasi saya. Mengubah hidup saya karena sesuatu dalam dirinya mampu mempengaruhi segala karakter saya. Pahlawan tidak identik dengan sejarah yang sekarang jadi seremonial. Lebih dari itu, ia juga sumber inspirasi dan motivasi.

MAKA dari itu saya memilih AYAH menjadi pahlawan, buat saya ia bukan sekedar AYAH yang keras, tapi sosok pria yang mampu memotivasi dan sumber inspirasi sampai sekarang. Kalau ada yang tidak setuju, saya tidak peduli. Paling tidak, ia jadi pahlawan buat saya :)

*Tulisan ini dibuat khusus di hari pahlawan (10/11/11), untuk “pahlawan” keluarga dan  buat Arintyas Septaningrum, teman saya di Agrica, dan juga semua orang yang pernah kehilangan Ayahandanya..

3 komentar:

Mengapa menggunakan ‘meretas’, bukan yang lain ?

Wednesday, October 05, 2011 Standy Christianto 0 Comments


Setelah melihat perbincangan menarik mengenai editorial majalah Agrica edisi 2011, berjudul “meretas kolonialisme, membangun agroindustri”. Tentu yang paling bertanggung jawab terhadap tulisan tersebut adalah redaksi. Kebetulan saya bagian dari redaksi penerbitan majalah dan juga pelaku yang mengunakan kata ‘meretas’ itu.

Kata ‘meretas’ yang kami pakai merujuk pada versi KBBI, yang ada di sekre kami. Beberapa juga menyimpan versi digital (.pdf). Sebenarnya, sebelum menemukan kata tersebut kami sudah kepikiran untuk menggunakan kata ‘melawan’, ‘menghantam’, ‘memerangi’, dan kata-kata lain. Sayangnya, menurut pemahaman kami, kata tersebut tidak cocok bila dihadapkan dengan ‘membangun agroindustri’. Secara tidak sengaja terlintas kata ‘meretas’ di kepala. Lalu saat merujuk ke KKBI, kata meretas adalah memutuskan benang-benang pada jahitan

Logika yang kami pakai dalam kata ‘meretas’, ibarat seutas tali menjerat suatu benda dengan kuat, kemudian tali tersebut dibuka satu per satu. Seperti jahitan benang, yang biasanya di buka secara perlahan. Bukan makna meretas, yang membuka seperti kran air yang langsung mengucurkan air dengan deras, atau membuka tutup botol, kemudian langsung menuang isi botol ke dalam gelas.

Maka kami menganggap makna kata ‘meretas’ ini cocok bagi Agroindustri. Pemahaman kami terhadap agroindustri adalah sebuah proses pembangunan yang  bertahap, secara sedikit demi sedikit. Kami  bermaksud memberikan pemahaman bahwa melepaskan dari jeratan kolonialisme secara perlahan, sedikit demi sedikit dengan pembangunan agroindustri. Mungkin, penjelasannya bisa dilihat isi editorial atau isi majalah kami.

Lalu kenapa tidak cari aman, memilih kata lain ?? masalahnya, kami tidak atau mungkin belum menemukan kata lain itu. Kata ‘melawan’ dianggap tidak cocok karena terkesan sebuah makna yang frontal tidak sesuai dengan pembangunan agroindustri. Begitu juga ‘mendobrak’, kami kira ‘memutus’ juga demikian.

Kata meretas, memang sering digunakan oleh KOMPAS, kata itu juga menginspirasi kami untuk digunakan. KOMPAS sering mengunakan kata itu, misalnya : meretas kemiskinan, meretas krisis, dan lainnya. Karena kami berlangganan, mungkin secara tidak sadar terlintas di otak kami untuk digunakan. Selain itu juga, karena kebijakan redaksi menyarankan untuk redaksional berkiblat pada KOMPAS dan TEMPO. Istilahnya “bertutur a la KOMPAS, tapi lugas a la TEMPO”. Kami juga menyadari, proses pembelajaran tidaklah sempurna. Maka, kritik dan masukan sangat diperlukan bagi perbaikan majalah kami ke depan. Redaksi sudah sangat hati – hati mengunakan kata ini. Tidak menyangka ada yang melihat sedetail ini. Terima kasih atas kritik dan sarannya… :D


0 komentar:

Meretas Kolonialisme, Membangun Agroindustri*

Saturday, August 27, 2011 Standy Christianto 0 Comments

KOLONIALISME tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Keuntungan geografis yang membuat komoditas pertanian tumbuh subur di negeri ini. Nyatanya, belum mampu memberikan kesejahteraan bagi pelaku pertanian di negeri sendiri.

Sejak jaman Hindia Belanda, sampai era globalisasi ini komoditas pertanian kita tidak pernah dianggap sebelah mata oleh bangsa lain. Sektor pertanian masih menjadi andalan negeri ini sebagai penyumbang devisa negara. Data BPS menunjukan nilai ekspor komoditas pertanian lebih besar dari nilai impor. Sampai hari ini, perkebunan masih menjadi andalan komoditas ekspor. Walaupun disisi lain kebutuhan kita terhadap kebutuhan pangan sebagai bahan pokok masih tergantung impor, misalnya beras.

Berdasarkan fakta, komoditas  perkebunan yang diekspor masih dalam bentuk produk mentah.  Buktinya,  di tahun 2008, negara yang menjadi tujuan ekspor CPO (Crude Oil Palm)  mengalami resesi, CPO menumpuk di gudang, yang mengakibatkan harga CPO jatuh. Akibatnya, petani kelapa sawit merugi. Kasus ini menunjukan, komoditas pertanian kita masih berfokus pada produktivitas, bukan  memberikan nilai tambah yang dapat digunakan dalam negeri.

jika masih mengandalkan pada produktivitas, tidak ada bedanya kolonialisme tanam paksa dengan kondisi saat ini. Kolonialisme modern menuntut ekspor hasil pertanian untuk memenuhi permintaan negara tujuan. Di sisi lain, petani dipaksa meningkatkan produktivitas untuk memenuhi permintaan mereka.

Salah satu opsi meretas kolonialisme modern adalah meningkatkan nilai tambah. Teori ekonomi mengatakan produk yang memiliki nilai tambah akan memberi keuntungan komersial dan sosial. Dari sisi komersial, barang yang dijual akan memberikan keuntungan ekonomis karena harga jual produk akan meningkat. Harapannya, tingkat kesejahteraan rakyat akan ikut meningkat.

Dari sisi sosial akan memberikan lapangan kerja.  Agroindustri adalah rangkaian kegiatan pertanian mulai dari produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sebagai indutri yang berbasis sumber daya, agroindustri berpotensi dapat menciptakan lapangan pekerjaan. 

Ciri khas agroindustri di Indonesia adalah skala kecil, yang bersifat menyebar. Hal ini menimbulkan masalah struktural yang membuat  rendahnya posisi tawar di tingkat daerah. Keberadaan mereka yang pedesaan sebenarnya mampu memberikan lapangan kerja di pedesaan. Bukan sebagai buruh tani, tapi sebagai tenaga kerja industri. Namun, pemerintah daerah terkesan lebih mementingkan industri non pertanian. misalnya, di Banyumas yang memberi ruang kepada investor untuk pembangunan hotel.

Masalah kedua, adalah kurangnya sentuhan teknologi. Teknologi tidak lahir dengan sendirinya. Disinilah peran kalangan terdidik, di tingkat kalangan akademisi. Namun, kerapkali terlihat antara pemerintah, industri dan  perguruan tinggi tidak sinergis dalam kebutuhan penelitian dan riset. Kita perlu banyak belajar dari India, yang memiliki visi untuk menjadikan negaranya unggul dalam teknologi kendaraan bermotor. Kemudian seakan seluruh energi penelitian untuk hal tersebut. Hasilnya, sekarang kita dengan mudah melihat kendaraan bermotor made in India. Sedangkan, kita masih berkutat pada dana penelitian yang terbatas. Disamping, mencetak teknolog pertanian yang visioner.

Rasanya, jika melihat alokasi APBN sektor pertanian hanya 1,3% dari RAPBN 2012 yang jumlahnya lebih dari Rp1.400 triliun dan sebagian besar untuk gaji pegawai. Sepertinya pemerintah tidak memiliki skenario untuk ke arah teknologi agroindustri.  Agroindustri yang kecil dan tersebar tersebut masih dibiarkan menjadi industri yang minim memberikan nilai tambah. Bila hal ini terus menerus dibiarkan, pertanian akan menjadi korban dari kolonialisme modern, yang berbaju perdagangan bebas.

  *tulisan ini dibuat untuk editorial Majalah Agrica 2011
     Dapatkan majalahnya ... !!! SEGERA !!!














0 komentar:

Respon Pembaca Warta Kota ( PDAK part III)

Wednesday, August 24, 2011 Standy Christianto 0 Comments

PAGI  hari, tanggal 9 agustus,  pukul 9 pagi,  di tempat PKL ....

Selamat pagi kakak ! Mohon maaf kalo menggangu, saya pelajar SMA yang pagi ini  baru saja membaca berita kakak di koran warta kota ... saya tidak bisa berbuat apa - apa, namun saya turut sedih atas apa yang dialami kakak di berita tersebut .. Tetap semangt ya Kak ! Semoga Tuhan memberi jalan keluar dan mengganti atas apa yang diambil dari kakak. - 08179166***-

SMS itu masuk memecah konsentrasi saya saat mengerjakan Tugas PKL. . Setelah seminggu ijin dari tempat PKL, saya kembali dengan seribu semangat baru. Dan sms yang menurut saya rada kocak itu makin menambah semangt saya. Lucu juga kalau dipikir, ada orang yang baca tulisan saya di koran, tidak saling kenal tapi ia peduli. 

Tulisan saya muncul di Warta Kota, kali ini lebih besar, dan ada karikaturnya, Saya tidak menyangka ini kali kedua, tulisan saya mendapat respon dari  surat kabar. Dan kali ini lebih banyak respon dari pembacanya juga

Sebenarnnya, saya sudah melupakan kehilangan itu. Lagipula lebih seru membaca respon sms dari pada mengingat itu. heheheheh... ada yang bikin penasaran, ada sms yang bikin lompat dari tempat duduk.
begini smsnya,

"Maaf kak bukannya sok tahu, tapi apa yang kakak ceritakan ciri - ciri orang yang mangambil barang2 kakak itu benar, cuma ada 1 temen lagi yang tugasnya bawa barang - 085716932*** - 

Wah, ini sms yang ditunggu - tunggu ! sesuai dengan maksud saya menulis di koran, berharap ada orang yang lihat kejadian itu, jadi saya punya saksi untuk menuntut orang yang mengambil tas saya. Tanpa pikir panjang, saya balas, tanya nama, alamat dan lainnya,

Sudah banyak sms yang dikirm, semaakin banyak juga yang dibalas, malah makin tidak yakin kalau orang itu benar - benar tahu kejadian itu. Saya agak curiga juga, kalau masalah ini malah dijadikan aji mumpung. Satu pertanyaan yang paling membuat tidak yakin. Saya tanya, saya pakai baju warna apa, ia jawab pakai baju hitam pudar, padahal saya tidak pake baju, saya pakai jaket bergaris. Akhirnya, tidak pernah saya gubris sampai sekarang.

selamat sore mas, lagi ngapain mas standy - 02195909***

Waktu saya baca sms ini, saya tidak mengira kalau ini respon dari pembaca warta kota. Lebih cocok dari teman lama, atau adik angkatan. Saya kira ini dari anak Agrica, yang sedang bikin majalah. . Karena smsnya sok kenal, jadi saya jawab juga dengan sok kenal.

saya ketawa sendiri, ternyta balasanya begini,

Saya baru aja baca warkot saya turut prihatin atas kejadian yang menimpa mas di KRL. Sabar yaaaa mas

saya balas  menanyakan tempat tinggalnya, agar  bisa tahu, sejauh mana pembaca warkot,


Saya dari jaktim cipayung. saya kerja sbagai SPG di plasa cibubur

Posisi saya saat itu di bogor, kejadiannnya di stasiun Duri, jakarta barat, dan pembaca sampai cipayung. Efek media memang besar. Yang jadi pertnyaan sampai saat ini, kenapa dia kasih tahu pekerjaannya. Alasan paling lucu, Apa karena dia SPG, trus dibidang komputer, ingin menawarkan laptop buat saya, .. hehehee. saya kira ini strategi marketing yang bagus. hehehehe, Sampai saat ini, tidak ada tawaran. Berati memang, ia benar - benar peduli.

Respon yang paling aneh, datang  jam 2 pagi. Luar biasa. Saya baru bangun, mau berangkat PKL, saya baca agak aneh. Sms itu masuk, seakan kasih tahu kalau ada yang kurang ditulisan saya. Saya agak aneh juga waktu lihat respon smsnya.  Seperti menggurui saya.

Usut punya usut ternyta ia wartawan dari surat kabar lokal. Sudah 10 tahun meliput kriminal di stasiun. Beberapa kali ia minta ketemu. Tapi timingnya gak pernah tepat. Terakhir, ia menawarkan saya untuk jadi kontributor di medianya. Karena memang, di sana saya tulis, saya juga kehilangan kartu pers mahasiswa. Sampai saat ini, masih mencari waktu yang tepat untuk ketemu.

####

Ada belasan sms yang respon. Tapi sms yang ini lebih berkesan. Awalnya ia tanya kabar, kasih masukan, terakhir ia bilang begini . "Kalau dapet pelakunya, Mas Cris, (ia memanggil nama saya begitu ) mau memberi imbalan juga sperti yang anda tulis dikoran.?

saya balas, " Saya cuma ingin tas dan isinya kembali,tidak ingin pelakunya masuk penjara, saya tahu semua orang malakukan itu motifnya ekonomi, bukan semata - mata karena orang itu jahat. Tapi himpitan ekonomi membuat orang seperti itu."

saya kaget, balasannya  smsnya begini,

Dengan tahunya kejadian  yang menimpa anda, saya mau tolong dan bantu anda buat ungkap ini semua, akrena saya pun pernah  mengalaminya, saya tiap sore pulang kerja gunakan KRL pakuan di stasiun kota, saya punya kerabat di di  komdak.

orang ini namanya Budi, ia penumpang setia KRL, kerjanya di megamall pluit, seorang Cleaning service di bioskop XXI,  ia merasa senasib dengan saya. Pernah dicopet, dompetnya hilang. Padahal ia sedang tidak ada duit. Ia sudah berkeluarga. Ia merasa prihatin. Luar biasa. Dari smsnya, ia sangat geram terhadap pelakunya.

Ia cukup intens sms dengan saya. Ia juga sering ajak saya ketemu, di Bioskop, ia juga berjanji meluangkan waktu untuk saya. Sekedar mengobrol.

Terakhir, ia menanyakan, saya mudik atau tidak. Lalu saya tanya balik, ia tidak mudik. Tidak ada duit, katanya. Terus, pekerjaannya padat. lagi puasa begini, mungkin banyak orang yang meluangkan waktu ke bioskop.

Saya bersyukur, ada orang yang tidak dikenal memberi kepedulian. Saat down sperti itu, setiap orang memang butuh kata - kata semangat. Kehilangan  itu tidak ada yang tahu. Kita cuma tahu, bagaimana menanggapi kehilangan itu. Kehilangan sesuatu memang tidak enak, tapi gara - gara itu, kita jga tidak boleh kehilangan semangt. Nanti  "kalah" dua kali.

saya memilih untuk menuliskan kejadian itu di koran, agar kejadian itu tidak terulang. Kereta sebuah moda transportasi massal yang paling murah. Dan banyak, orang kelas menengah bawah yang yang menggunakannya. Sering kali, saya cerita, saya naik kereta ekonomi saat kecopetan. Karena saya naik kereta ekonomi itu, jadi kecopetan itu hal wajar.

saya jadi bertanya sendiri, apakah kereta kelas kambing, atau sesuatu yang murah dan dapat dijangkau oleh seluruh  kasta masyrakat itu memang diciptakan KETIDAKAMANAN. Kalo KETIDAKNYAMAN, masih bisa di tolerir. Harga menentukan fasilitas.

Menurut saya, Keamanan di trasnportasi umum bagi setiap penumpang SAMA. Perbedaan harga dan kelas, cuma pada fasilitas. Yang satu ada berpendingin, yang satu tidak. Yang satu tempat duduknya empuk, yang satu tidak. Tapi, itu tidak bisa membeli keamanan. Kasian, orang2 seperti Budi. kehilangan barangf berharga untuk keluarganya.

Ini baru sudut pandang kehilangan  materil, bagaimana kalau dari Keamanan yang menyangkut hidup seseorang. Dikereta misalnya, gara -gara naik kereta  ekonomi, Lokomotifnya di pake yang tidak layak, rangkaian keretanya yang mudah anjlok, terus pintu keretanya tidak ada. Atau bisa jadi gara -  gara naik ekonomi, jadi tidak boleh lihat rekaman CCTV..

harga untuk KEAMANAN tidak  sama dengan KENYAMANAN...

0 komentar: