Tuhan yang Maha Baik

Wednesday, December 09, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Tuhan yang Maha baik, dimanakah hati yang terbuka itu, dimanakah langkah yang yakin itu? Jika pagi – pagi aku terbangun dengan mimpi buruk, hingga aku bangun dengan terburu – buru. Hati yang tertuju pada ketakutan demi ketakutan. Dimana petunjuk yang benar itu?

Tuhan yang Maha Baik, berilah terang yang terpancar di celah – celah lorong hitam ini, seringkali aku tersesat, karena labirin – labirin di lorong itu begitu ribet.  Hingga aku tersandung pada batu yang sama berkali – kali. Bolehkah aku keluar untuk meragukan petunjuk itu.

Tuhan yang Maha Baik, katanya ikutilah angin yang tersepoi, kemana pun perginya, hingga aku tahu kemana garis akhirnya, tapi dimanakah jalannya, semua gelap dan tidak ada cahaya. Apakah angin itu sedang bercanda, hingga membawaku bermain, tapi apakah aku kurang piknik, sampai aku dibawa bermain – main.

Tuhan yang Maha Baik, katanya berharaplah walau kecil, tapi harapan kecil membuat malas bergerak kemana pun, lalu untuk apa lagi punya harapan, harapan yang kecil sama saja tidak usah miliki harapan, bukan ? jangan – jangan memang harapan hanya ilusi di pagi hari, karena  mabuk semalam.

Tuhan yang Maha Baik,  mohon kasih tahu, dimana jalan keluar, sehingga tidak perlu mencari jalan sendirian, aku seringkali takut dan lemah, tidak ada kah jalan lain, atau kalau ini permainan, selesaikan saja permainan ini, lalu ulangi dari awal di tempat bermain yang  beda.

Tuhan yang Maha Baik, Kalau pagi – pagi ada orang yang meracau, masihkah didengar suaranya, padahal Ia sendiri juga ragu – ragu, apakah ada yang mendengar,

Tuhan yang Maha Baik, benar dan salah itu relatif kan, tergantung sudut pandang siapa dan dimana, hingga yang salah bisa juga benar, dan yang benar juga bisa salah, jadi jangan benarkan dan salahkan aku ya, kalau aku mulai menyalahkan kebenaran, dan membenarkan kesalahan,

Tuhan yang Maha Baik, Masakah tidak mendengar suara manusia yang daif ini, berilah sedikit saja, celah itu, sehingga aku tahu dimana cahaya di jalan keluar itu.


0 komentar:

#15

Thursday, November 26, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Jalan yang kemarin baru kelihatan. Ini Perjalanan yang tidak pernah habis. Aku sudah melangkah sejauh ini dengan langkah yakin tapi gontai. Suatu kali aku pernah berpikir, “kelak siapa yang bisa kamu yakini, jika meyakinkan diri sendiri saja tidak mampu,”

Ada kalanya kamu lelah, namun juga tidak mau menyerah. Percobaan demi percobaan memberikan gambaran, bahwa sesungguhnya manusia yang paling baik adalah mereka yang ingin terus maju, walau langkahmu terayun pelan dengan ragu.

Aku jadi ingat, kata – kata seorang ayah, “jika kamu berhenti dalam usia muda, artinya kamu sudah tua,”. Aku pun tidak pernah berhenti mencari jalan di tengah hunian ramai, yang kadang tersesat, tapi langkahku tetap untuk tidak ingin berhenti. Seperti di kitab amsal, ada yang menganggap jalannya lurus, tapi sebenarnya menuju maut.

Entah mungkin manusia yang daif ini terlalu angkuh untuk mengatakan dirinya sedang lemah. Lagipula kalau saja hidup ada pentunjuknya, tentu manusia tidak akan merasa tersesat. Salah siapa ya, manusia dibiarkan  berjalan tanpa arah yang pasti. Pikiran yang melambung dan mimpi yang membumbung sudah terlanjur membawanya pergi, jadi aku biarkan saja kemana arahnya.

Suatu kali aku terdiam dalam lamunan kemudian larut didalamnya. Jika manusia diberikan imajinasi liar yang membumbung, lalu imajinasi itu tidak bisa menjadi sebuah realita. Lalu untuk apa manusia diberikan imajinasi? Ah,  itu mungkin melantur.

Suatu kali seorang pintar berkata, imajinasi lebih penting daripada intelegensi. Tapi mungkin dia sedang berbohong. Sesungguhnya intelegensi bisa membawamu pergi, namun imajinasi hanya bisa membuatmu tertidur sampai pagi.

Bahwa hidup adalah labirin – labirin ruang  dan waktu, suatu ketika tersesat dalam ruangan komplek, kemudian tidak tersadar kamu sedang terjebak di pola waktu yang tidak punya toleransi. Padahal kamu diberi kesempatan untuk mencari jalan keluar di ruangan yang kompleks itu. Imajinasi liar membawamu keluar untuk mendapatkan tempat yang indah daripada di labirin – labirin ruang itu.

Akh.. aku memilihnya untuk membiarkan beradu sampai mati. Menikmati pergolakan dalam gemuruh keracauan imajinasi dan intelegensi. Membiarkannya membumbung ke langit sampai menyentuh bintang kemudian jatuh kembali ke bumi.



0 komentar:

Aku berdoa supaya ...

Thursday, September 10, 2015 Standy Christianto 1 Comments


Saya menemukan cerita ini ketika memasuki umur 20 tahun, ketika keinginan berkelindan dengan mimpi besar. Cerita ini begitu adil. Menang tanpa mengecilkan. Kalah bagian dari perkara biasa. Gagal adalah keniscayaan. Nikmati prosesnya. Bermimpilah sebesar - besarnya, berjuanglah sampai lelah.


"Aku berdoa supaya aku tidak menangis waktu aku kalah...."

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan.

Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai.

Dan...

Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?"

Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

...
..
.
Terimakasih, saya telah diingatkan oleh cerita ini. 



1 komentar:

Kuatir,

Tuesday, September 08, 2015 Standy Christianto 0 Comments

“Kuatir tidak bisa menambah sehasta saja dalam hidupmu”, kata – kata itu menjadi pembuka tulisan ini yang berisi keresahan. Dalam kehidupan usang, siapa pun tahu, ketidakpastian adalah keniscayaan. Kemudian dalam langkah yang tertatih, aku pun harus melangkah dengan yakin dalam ketidakpastian.

Mungkin kita beruntung, masih punya kuatir yang begitu besar, agar otakmu terpakai, mungkin saja, sudah lama tidak terpakai. Walaupun kamu tahu bahwa kapasitas otak dengan kemampuan maksimalnya pun belum cukup untuk menebak ada apa di balik tembok besar yang kamu takutkan itu.

Langkah yang yakin. Hati yang mantap. Namun dipenuhi dengan ketidakpastian.

Teori The Law Of Attractive pernah mengatakan demikian, “alam akan menarik hal – hal yang kamu pikirkan, dan akan terjadi”. Menguatirkan hal yang negatif kemungkinan akan menarik semua energi negatif. Lalu aku menjawab, “dari mana datangnya kuatir.. ?” darimana datangnya kemampuan manusia yang berlebihan untuk mampu menebak – nebak ada apa di depan sana.

Bukankah kuatir juga salah satu ciri manusia yang modern, bahwa manusia bukan sekedar mamalia yang makan – tidur – main, tanpa mampu memikirkan apa yang di depan. Manusia bukan kambing yang hanya sekedar mengembik di pagi hari agar keluar dari kandang dan bermain di rumput hijau. Lalu pulang, kemudian mengulanginya terus menerus.

Tembok yang menjulang tinggi di depan, membuat otak manusia berputar – putar kemudian mengira- ngira ada apa di balik tembok.

Langkah yang terayun pelan – pelan, seperti detak jarum jam yang berputar searah otak yang berdetak juga.. tikk... tokk.. tikk... tokk.

Kalau kuatir tidak bisa menambah sehasta saja dalam hidupmu. Tapi merasakan kuatir itu adalah ciri dari kemanusiaan.




0 komentar:

Pergi,

Sunday, August 30, 2015 Standy Christianto 0 Comments


“Sejauh –jauhnya seseorang pergi, ia akan kembali ke rumah,” begitu kata seorang teman yang merantau dari negeri jauh. Entah angin atau apa yang ingin membuatnya pergi dari rumah. Kadang kala, tanpa alasan yang jelas, kamu juga ingin sekali pergi meninggalkan rumah. Naluri membawamu untuk menyelinap keramaian, kemudian meratapi kesendirian.

Pergilah sejauh mungkin, jika perlu carilah dunia yang ada ujungnya. Walaupun dunia yang berujung sudah dipatahkan oleh Galileo Galilei. Carilah sampai ujung. Ujung keceriaan dunia. Ketika kakimu letih berjalan, itulah ujungnya. Carilah tempat yang bisa membuatmu berteriak sekeras – kerasnya, mungkin dunia yang sumpek ini bisa terlihat lebih longgar.




0 komentar:

#14

Monday, August 24, 2015 Standy Christianto 0 Comments


Siapakah manusia lalu Engkau melihatnya dengan sungguh ?

Siapakah manusia lalu Engkau melihatnya dengan indah ?

Manusia dalam debu yang terserak di jalanan, penuh usang dan tidak dianggap. Engkau memungutnya dan membersihkannya, memperhatikan dengan seksama tanpa noda,

Sudah jauh aku meninggalkan,  terlalu lama juga tidak menghadap,

Mengapa Engkau tidak pergi meninggalkan manusia yang daif ini,

Engkau melihatnya tanpa ragu, langkahMu penuh kepastian untuk mendekap dalam pelukan erat. Dimanakah kesalahanku, Engkau menyembunyikannya dalam terang yang terpancar dalam senyuman,

Siapakah Engkau yang masih mau mendengar setiap helaan doa yang melantun dengan ragu. Bahkan Engkau mendekatkan telingamu agar bisikan terdengar,

Seberapa pentingkah masih mau melibatkan keresahanku tanpa mengingat-ingat kesalahan,

Dalam kesibukan, dari hari ke hari, melupakan dalam mimpi  yang terpimpin di kegelapan, bahkan masih mau meneranginya dalam kepastian,

Betapa baiknya, dan indahnya. Engkau melihatku bukan seperti debu yang kecil,


0 komentar:

#13

Thursday, May 28, 2015 Standy Christianto 1 Comments


Ketika badanmu tidak mampu terangkat dari kasur, 
mungkin ia sedang merindukan mimpi – mimpi yang sulit membuatmu terbangun.

Ketika matamu terpejam erat, 
mungkin ia sedang mencoba membayangkan pergi ke tempat yang paling  jauh.

Ketika jari tanganmu saling melipat kuat, 
mungkin ia sedang berdoa untuk kebahagiaan.

Ketika kakimu lurus selonjor, 
mungkin ia sedang ingin beradu lari dengan angin di alam bebas.

Ketika mulutmu terkatup erat,
mungkin ia sedang berpikir : bagaimana caranya untuk memulai ?

1 komentar:

Kenapa Takut ?

Friday, May 15, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Kita, aku dan kamu menciptakan ketakutan.  Kita harus memakluminya, karena manusia memang suka menciptakan ketakutan. Ketakutan yang dibuatnya sendiri. Manusia menciptakan kesukaannya terhadap penundukan dalam takut. Itulah mengapa banyak  manusia yang rela memacu ketakutannya di atas gunung dan di dalam samudera.

Begitu juga Tuhan, yang Agung itu, Ia 'diciptakan' manusia untuk menakuti manusia itu sendiri. Sampai lupa cara untuk mencintaiNya. Yang kemudian kesalehan adalah kurungan dalam ketidakberdayaan atas dunia yang tidak bisa diciptakan oleh manusia itu sendiri, yang mereka sebut itu neraka dan surga. Itu imajinasi yang sebenarnya untuk menakut-nakuti.

Ketakutan adalah kurungan yang tidak bisa membuat merdeka. Terkungkung seperti gajah yang berada di dalam sangkar kebun binatang, yang diikat kakinya dengan bandul besar, agar ia kesakitan dan takut untuk bergerak kemana pun.

Jadi.. kenapa kita musti takut ?

0 komentar:

Tegak,

Saturday, May 02, 2015 Standy Christianto 0 Comments


"Kamu adalah batu yang terkeras yang pernah ada, yang menantang angin di tengah deburan ombak, yang tak terkalahkan. Terpancang tegak menantang, menatap lautan biru nan luas, dan tak gentar.

Dunia tidak bisa mendiktemu dalam keangguhannya, merekalah yang akan melihatmu dengan menutup malu... 




0 komentar:

Takut,

Monday, March 16, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Saya lama tidak berbenturan dengan ketakutan yang sesungguhnya. Bukan berarti saya telah mati rasa, atau memang tidak ada lagi yang ditakuti. Saya merasa ketakutan yang menyelinap akhir –akhir ini adalah semu. Tapi sore ini setelah pulang kerja terakhir sebagai pekerja, saya merasakan ketakutan. Ya, saya  takut.

Keputusan yang lama sekali dibuat, akhirnya saya perlu bersikap. Saya merindukan dunia di luar sana yang liar, yang tidak jelas dan yang membuat takut. Karena keadaan yang nyaman membuat lemah, dan semakin lama membuat otot dan otak semakin tidak berdaya. Seperti semut berjalan di atas besi yang ujungnya dipanaskan. Ia merasakan kehangatan demi kehangatan, kelihatannya mengasyikan padahal mematikan.

Saya perlu ketakutan yang sesungguhnya, agar kemanusiaan terlihat, sebagai manusia yang  memiliki kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup. Yang mengerti bahwa setiap detik waktu adalah berharga. Saya tahu, suatu saat saya akan mati kelaparan, atau mungkin kelelahan karena berjalan terlalu lama.  Bukankah itu lebih baik daripada mati di atas besi tua yang panas, yang membuat mati karena tidak sadar bahwa kenyamanan akan membuat otak berhenti dan aliran darah mampat.

Sore ini, di tengah hiruk pikuk jalanan di pinggir kota kecil ini. Saya perlu melihat adakah yang perlu diselami lebih dalam. Sebagai manusia yang terlalu egois ini, mana lagi yang perlu dipelajari. Dan sebaiknya, perlu melarikan diri dari kepenatan atas diri sendiri yang tunduk dengan kenyamanan.

Saya mendengar dari ingatan dari suara waktu masih kecil, optimisme muncul tanpa diminta, kerinduan atas pemberontakan dan tidak mau mengalah atas pesimisme pun terdengar kembali. Optimisme semakin kuat di ujung jalan yang buntu ini.

Keraguan akan menyelinap di sela ketakutan, lalu membuat rasa takut menggeliat di dalam dada, membuat tersesak di tengah himpitan hinaan. Namun apa lagi yang diperlukan, selain berserah atas nasib baik dan akal sehat bahwa bagian terpenting dari manusia adalah dirinya sendiri. Dimanakah yang bisa diandalkan dari orang lain, jika mereka menghilang dalam keterpurukan, tapi  berpura-pura saat nasib baik berpihak.

Saya menikmati sukacita dalam ketakutan sendiri. Mungkinkah ketakutan terhadap keliaran dan kebebasan atas menentukan nasib sendiri adalah kemerdekaan? Ini keanehan dari seorang manusia yang ringkih ini, bahwa ia adalah manusia yang penakut namun haus akan ketidaknyamanan. Semoga kita bagian dari yang resah atas kenyamanan dan penakut dalam ketidaknyaman. Sehingga kita benar – benar menjadi manusia.




0 komentar:

22.57

Wednesday, February 11, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Dua puluh dua lewat lima puluh tujuh, waktu menunjukan di samping kanan bawah sudut layar laptop. Di waktu ini juga saya harus berterimakasih dengan segala yang mulai menunjukan titik terang, bahwa benar garis adalah kumpulan dari titik-titik. Artinya tidak ada kebetulan. Bahwa memang semuanya bersimpul.

Di pinggir kasur dan segelas teh, aku kembali melihat bahwa bagian penting dari sebuah pilihan adalah konsistensi. Tidak ada yang instan. Apalagi dalam sebuah perjalanan yang panjang.  Keputusanlah yang membuat kita bergerak. Dan keputusan atas kemerdekaan memilihlah, setiap manusia disebut manusia.

Begitu indahnya melihat Merbabu dan Merapi saling beradu keanguhan saat pagi menjelang. Dari sini, aku pun perlu melihat ada dunia yang begitu luas dan kompleks. Yang tidak bisa dinilai dari layar peramban digital yang penuh sesak dengan ocehan miring, nyinyiran, dan negatif tentang apapun. Semua orang di layar seolah berhak dan berlagak menjadi dewa yang boleh mengomentari apa pun.

Alam yang sumpek, air yang keruh, tanah yang diperebutkan, akan menjadi dunia yang membosankan dan menjemukan bagi mereka yang sedang mencari jalan keluar dari pertanyaan-pertanyaan yang belum ada jawabannya.

Di tengah bumi yang sumpek, bagian yang hilang dalam peradaban ini adalah orang-orang yang memilih diam dari kepenatan. Mereka adalah orang-orang yang memilih bergumul dengan dirinya, keadaannya, pikirannnya, dan kemampuan dalam belajar untuk beradaptasi tentang semuanya itu.

Malam semakin larut dengan sunyinya, dan obrolan tidak jelas para politisi di televisi. Dunia yang sumpek juga semakin tidak jelas dari suguhan acara televisi. Dimana acara yang sungguh-sungguh menghibur ? jika semua bicara tentang ocehan tidak ada yang baik. Dimana sains untuk mengisi ilmu pengetahuan. Dimana olahraga untuk kesehatan. Dimana acara yang sungguhan menghibur?

Segelas teh tawar rupanya tidak bisa juga menetralkan racun di dalam kepala. Segelas teh tawar hanya mampu menemani malam yang makin larut dengan pikiran yang melayang, dan imajinasi kotor tentang kepenatan dan kejenuhan atas kemunafikan manusia.

Suatu saat nanti, ketika bumi sudah menunjukan tanda-tanda kelemahannya, mungkin manusia akan kembali tenang. Kembali ke baraknya masing-masing. Kemudian mulai mencari kesalahan dalam dirinya. Apa yang salah. Apa yang benar.

Kemudian manusia mulai berpikir berurutan dengan alur mundur. Bahwa segala yang terkait, akan selalu bersimpul. Segala pilihan atas memilih adalah keagungan manusia. Memilih secara bebas adalah salah satu ciri manusia, selain bernapas, tumbuh, makan, dan berkembangbiak.

Titik tidak terjadi begitu saja menjadi garis. Garis adalah kumpulan titik-titik. Suatu saat, aku harus berterimakasih dengan Merbabu dan Merapi, segelas teh tawar, dan laptop. karena dalam diamnya, mereka mau menunggu sampai mengantuk. Daripada ditemani oleh mereka-mereka yang berisik menyebarkan energi negatif, yang membuat mimpi buruk.
Magelang, 11 Februari 2015






0 komentar:

Forget Jakarta

Wednesday, February 11, 2015 Standy Christianto 0 Comments

I’m waiting in line to get to where you are
Hope floats up high along the way
I forget Jakarta
All the friendly faces in disguise
This time, I’m closing down this fairytale

And I put all my heart to get to where you are
Maybe it’s time to move away
I forget Jakarta
And all the empty promises will fall
This time, I’m gone to where this journey ends

But if you stay, I will stay
Even though the town’s not what it used to be
And pieces of your life you try to recognize
All went down

I travel the world to get to where you are
Strangers i met along the way
You forget Jakarta
Leaving all the lunacy behind
This time give me back my sanity

Yeah I’m still on my way to get to where you are
Try to let go the things I knew
We’ll forget Jakarta
Promise that we’ll never look behind
Tonight, we’re gone to where this journey ends

And all the pictures that you try to loose
Will follow you behind like ghosts do
And all the lies you try to keep
Have fall behind to catch you even more

-Adithya Sofyan- 

0 komentar:

Sekali (lagi) Tentang ...,

Saturday, January 31, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Terbangun tiba-tiba dengan terkejut. Aku ingat beberapa fragmen waktu yang membawa pergi ke tempat tidur. Aku merasa aneh di kamarku sendiri, dengan lampu yang remang. Kemanakah langkah yang pernah dibangun itu?

Hari ini juga sama, sama seperti hari yang lalu. Tapi kaki juga tidak beranjak selangkah dari yang kemarin. Penat yang mengendap bersama hari yang itu saja, bersama ambisi yang tidak juga membawa pergi kemana pun, atau ini persoalan tidak punya teman kecil yang menemani setiap obrolan – obrolan besar.

Saya baru saja bangun tidur. Bukan tidur malam, tapi setelah pulang kerja di sore yang lelah, yang telah berhasil menguras tenaga. Ini soal nurani keberpihakan yang mulai berbenturan logika perut. Nurani yang terus dihantam pukulan perut yang lapar. Saya pikir membiarkan mereka berkelahi dalam logika pun itu tidak baik.

Di tengah senjata yang saling berhadapan, pun aku harus berpikir tentang bayangan dari nurani kebebasan, kebebasan untuk setiap manusia yang hidup enak. Di tengah perkelahian di dalam dada. Tapi membiarkannya terus-menerus juga tidak baik untuk seorang manusia.

Suatu hari yang juga sama, seperti ini. Dalam mata yang terpejam, suatu kali bertanya kepada Tuhan yang dicari : sampai kapan?. Ketika semua manusia di hadapkan kodrat untuk melawan. Bolehkah  manusia melawan dalam diam?

Berhenti berpikir soal melawan.

Saya mulai berpikir soal mimpi yang kemarin, Yang juga tidak beranjak pergi. Saya terbangun dalam ketakutan. Ketika melihat banyak orang dengan mata berbinar bicara soal mimpinya, saya terlena dengan itu

Rupanya jalan yang tidak kelihatan ujungnya akan membuatmu berkeringat dingin. Takut diam-diam menjelma dalam apa pun untuk bisa merasuk ke dalam otak yang mendidih.

Rasanya naif, jika menginginkan wangsit yang masuk tiba-tiba hanya dengan doa. Padahal doa yang  yang dipanjatkan hanya untuk menguji coba keberadaan.

Imaji  tentang kenyamanan, memang menenangkan, sekaligus pembunuh. Sehingga doaku ditengah hiruk pikuk, “TUHAN, jika memang ada, keluarkan aku dari kenyamanan dan ketenangan,”

Karena mimpi juga sebuah perlawanan : mencari jalan sembari berjalan.

0 komentar:

Cinta dan Pernikahan,

Thursday, January 15, 2015 Standy Christianto 0 Comments



Suatu hari, Plato bertanya kepada Socrates, apa itu cinta.

Socrates : Pergilah ke ladang, petik dan bawalah setangkai gandum yang paling besar dan paling baik, tapi ingat satu hal, kamu hanya boleh berjalan satu arah. Setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali.

Plato melakukan apa yang diminta, tetapi dia kembali dengan tangan kosong.

Socrates bertanya kenapa Plato kembali dengan tangan kosong.

Plato : Aku melihat beberapa gandum yang besar dan baik saat melewati ladang, tetapi Aku berpikir mungkin ada yang lebih besar dan lebih baik dari yang ini, jadi Aku melewatinya, tetapi Aku tidak menemukannya yang lebih baik daripada yang Aku temui di awal, akhirnya Aku tidak membawa satupun.

Socrates menjawab itulah cinta. Hakikat cinta, yaitu saat engkau belum puas dan menemukannnya, maka kau akan terus mencari dan mencari, melihat sesuatu dan membandingkannya dengan yang lain, sehingga hanya kehampaan yang kau dapatkan.

Di hari yang lain, Plato bertanya kepada Socrates, apa itu pernikahan.

Socrates : pergilah ke hutan, potong dan bawalah pohon yang paling tebal dan yang paling kuat, tapi ingat satu hal, setelah kamu lewti kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali.

Plato pergi melakukan apa yang diminta, tapi dia tidak membawa pohon yang tebal dan kuat, dia hanya membawa pohon yang bagus.

Socrates bertanya alasannya.

Plato : Aku melihat beberapa pohon yang bagus dalam perjalan di hutan, tapi kali ini aku belajar dari kasus gandum, jadi Aku memlilih pohon ini. Karena jika tidak, Aku takut kembali dengan tangan kosong lagi, kurasa ini adalah pohon terbaik yang aku lihat.

Socrates berkata itulah arti pernikahan.  Hakikat pernikahan, dimana engkau berani memutuskan memilih yang baik menurut pendanganmu dan walaupun engkau tahu bahwa itu bukan yang terbaik, disinilah engkau menentukan sikap dalam memilih. Pernikahan adalah pengambilan keputusan yang berani, penyatuan dua hati, penyatuan dua karakter yang berbeda dimana dua insan ini harus dan berani berbagi serta menyatukan dua pandangan menjadi satu dalam menerima, kekurangan dan kelebihan pasangannya. 


0 komentar:

Doa Awal Tahun,

Friday, January 09, 2015 Standy Christianto 1 Comments


Tidak ada seorang pun yang ingin berdiri tegap tanpa bergerak sedikit pun. Jam tanganku mengajarkan setiap jarum yang menunjukan waktu, pasti akan berkejaran dengan angka. Begitu pun aku. Aku dilahirkan penuh dengan berkejaran dengan keinginan, keinginan dan keinginan.

Semoga di awal tahun ini. Aku tepat menentukan jalan dan pilihan sendiri. Tahun ini, aku benar-benar menjadi manusia seutuhnya, atau juga binatang yang seutuhnya. Bisa jadi manusia adalah juga seekor mamalia yang setelah dirawat, disusui dan disapih sedemikian rupa. Kemudian Ia pun harus dilepas ke alam bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.

Di tengah alam bebas, aku pun percaya, manusia digerakan oleh ‘sesuatu’ yang membawanya pergi. Entah jalan yang disukai atau tidak. Ia harus berhadapan dengan alam yang buas, dan juga dirinya sendiri, dengan segala keinginan dan impiannya.

Aku masih percaya, bahwa kehidupan seorang manusia ditentukan oleh agresifitasnya mencari jalan keluar. Yang lahir dari ketiadaan. Kemudian mencari yang ada. dari sebelumnya mengalamai keburukan mencari kebaikan. yang Semula tidak mampu mencari kemampuan. Kesalahan mencari pembenaran.

Dalam sebuah mimpi yang larut dengan doa di tahun baru. Beberapa kata yang pernah terucap di tahun yang lalu, harus menjadi kenyataan. Sudah saatnya mencari jalan yang dulu hendak dicari. Yang kemudian perlahan larut dengan keasikan bermain dengan waktu. Paling tidak, mulai berani melangkah dari apa yang telah dibangun.

Aku sudah mulai menuliskan kembali, setiap doa rutin yang meracau  di akhir tahun lalu. Aku ingin sekali melihat dunia yang luar sana yang begitu membuatku terus berpikir dan berpikir, mengapa bumi begitu kompleks dengan kerahasiaannya.? Otak yang haus dengan ilmu pengetahuan harus dipenuhi. Untuk memuaskan rasa ingin tahu, merasakan dari apa yang pernah aku baca. Semoga ini bisa terlaksana. Untuk bisa menuntut ilmu kembali ke negeri di luar sana.

Perlahan- lahan dimulai, mudah-mudahan, doaku didengar.

Kemudian demi sebuah kebebasan dan kemerdekaan. Alangkah hebatnya, jika memiliki sesuatu untuk di jual dari hasil keringat sendiri. Merancang sebuah karya untuk dinikmati oleh banyak orang, tanpa mengandalkan gaji karena bekerja untuk orang lain.

Alangkah bersyukur, bila bisa belajar menjadi orang yang survive dengan segala pikiran untuk merancang, segala tenaga untuk sebuah ide sendiri, menjadi manusia sesungguhnya dengan menikmati hasil keringat sendiri.

Perlahan-lahan dibuat, mudah-mudahan, doaku didengar.

Semoga tahun ini menjadi lebih sehat dengan menjadi vegetarian, menjadi manusia yang lebih baik, bermanfaat bagi alam dan sesama. Ingin lebih banyak menahan kemarahan, keangkuhan, dan keegoisan. Menjadi pribadi yang lebih bermanfaat, lebih, dan lebih lagi. 

Aku ingin menjadi pribadi yang lebih berbahagia dan kaya dengan menikmati waktu kosong dengan semesta alam di atas puncak gunung – gunung dan menikmati suara deburan ombak di pantai.

Juga ingin menyisihkan jeda untuk melihat orang-orang yang ada di sekitar penuh dengan candaan dan tertawaan. Keluarga diberikan kesehatan dan kemampuan dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Sehingga ada waktu yang lebih banyak untuk meluangkan waktu berkumpul dan bercanda dengan aku yang semakin dewasa.

Perlahan- lahan dilaksanakan, mudah-mudahan, doaku didengar.

Begitu banyak waktu yang dibuang percuma tanpa bereflektif dan berintropeksi, atau sekedar bertanya :  siapa aku, dan apa yang telah kuperbuat hari ini ? Dengan segala kesibukan, semoga bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk menulis dan membaca apa pun, untuk bisa bersyukur saat terjaga sebelum tidur atau pagi setelah bangun. Tahun ini harus bisa meluangkan waktu, menikmati hari – hari yang telah terlewati, dan bermimpi untuk hari selanjutnya, agar lebih baik, lebih dan lebih lagi ... Amin.

1 komentar: