#15

Thursday, November 26, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Jalan yang kemarin baru kelihatan. Ini Perjalanan yang tidak pernah habis. Aku sudah melangkah sejauh ini dengan langkah yakin tapi gontai. Suatu kali aku pernah berpikir, “kelak siapa yang bisa kamu yakini, jika meyakinkan diri sendiri saja tidak mampu,”

Ada kalanya kamu lelah, namun juga tidak mau menyerah. Percobaan demi percobaan memberikan gambaran, bahwa sesungguhnya manusia yang paling baik adalah mereka yang ingin terus maju, walau langkahmu terayun pelan dengan ragu.

Aku jadi ingat, kata – kata seorang ayah, “jika kamu berhenti dalam usia muda, artinya kamu sudah tua,”. Aku pun tidak pernah berhenti mencari jalan di tengah hunian ramai, yang kadang tersesat, tapi langkahku tetap untuk tidak ingin berhenti. Seperti di kitab amsal, ada yang menganggap jalannya lurus, tapi sebenarnya menuju maut.

Entah mungkin manusia yang daif ini terlalu angkuh untuk mengatakan dirinya sedang lemah. Lagipula kalau saja hidup ada pentunjuknya, tentu manusia tidak akan merasa tersesat. Salah siapa ya, manusia dibiarkan  berjalan tanpa arah yang pasti. Pikiran yang melambung dan mimpi yang membumbung sudah terlanjur membawanya pergi, jadi aku biarkan saja kemana arahnya.

Suatu kali aku terdiam dalam lamunan kemudian larut didalamnya. Jika manusia diberikan imajinasi liar yang membumbung, lalu imajinasi itu tidak bisa menjadi sebuah realita. Lalu untuk apa manusia diberikan imajinasi? Ah,  itu mungkin melantur.

Suatu kali seorang pintar berkata, imajinasi lebih penting daripada intelegensi. Tapi mungkin dia sedang berbohong. Sesungguhnya intelegensi bisa membawamu pergi, namun imajinasi hanya bisa membuatmu tertidur sampai pagi.

Bahwa hidup adalah labirin – labirin ruang  dan waktu, suatu ketika tersesat dalam ruangan komplek, kemudian tidak tersadar kamu sedang terjebak di pola waktu yang tidak punya toleransi. Padahal kamu diberi kesempatan untuk mencari jalan keluar di ruangan yang kompleks itu. Imajinasi liar membawamu keluar untuk mendapatkan tempat yang indah daripada di labirin – labirin ruang itu.

Akh.. aku memilihnya untuk membiarkan beradu sampai mati. Menikmati pergolakan dalam gemuruh keracauan imajinasi dan intelegensi. Membiarkannya membumbung ke langit sampai menyentuh bintang kemudian jatuh kembali ke bumi.



0 komentar: