Saya, Gerakan Mahasiswa, dan Tabrak Lari.

Thursday, June 16, 2016 Standy Christianto 0 Comments

Hari itu saya  ingat betul, ingin sekali melihat demostrasi UKT di Kampus Unsoed. Sehari sebelumnya saya sengaja ke kampus untuk mengenang tempat proses di kampus sebelum saya berangkat kuliah di negeri yang jauh.  Saat itu, saya mengamati kampus sedang panas dengan pihak rektorat, ada banner yang dicorat coret, juga ada tulisan proganda di sudut – sudut kampus : turunkan UKT. Ini masih sama waktu jaman saya, tuntutannnya masih sama, tapi nama gerakannnya beda. Dulu namanya #SaveSoedirman, tanggalnya 12-12-12. Sekarang Sodirman Melawan, tanggal 16-06-2016. Akhirnya, coretan – coretan di pamflet yang ditempel, banner yang di pasang di lapangan sudut fakultas, dan broadcast media sosial yang masuk, mengingatkan saya beberapa tahun yang lalu.

Hari itu, tepat tanggal 16-06-2016. Sebagai alumni, tentu saja, saya sudah tidak pantas untuk merecoki aksi yang digalang oleh adik-adik itu, dan juga tidak pantas untuk ikut demo lagi. Saya sudah meninggalkan kampus cukup lama. Tapi euforia itu masih tetap ada.

hari itu, di pagi hari saya sering berefleksi : gatal juga lihat kampus yang sedang ramai, tapi kan proses itu tidak mungkin bisa berulang ? Saya sudah menjadi bagian masyarakat, dan sudah tidak bisa lagi kembali menjadi bagian dari gerakan mahasiswa, bercampur dengan mereka. Misalnya, dengan Ikut demo. Tapi disisi lain, saya berrefleksi : ikut nonton saja kan tidak apa-apa, sembari membandingkan dengan ingatan di masa #SaveSoedirman.

Di atas sepeda motor, saya masih berpikir, apakah saya langsung untuk ke kantor, atau pergi memutar jarak yang lebih jauh untuk melihat aksi demostrasi. Hanya untuk mengenang masa lalu. Di tengah perjalanan, saya masih ragu. Jika saya ikut melihat, berarti saya belum move on sebagai aktivis mahasiswa, sedangkan saya sudah lulus cukup lama.

Akhirnya di perempatan saya memilih belok kanan, memutar jarak yg lebih jauh untuk sekedar melihat aksi demostrasi yang dilakukan adik – adik itu. Dengan saya yakin untuk belok kanan. Ternyata tidak disangka motor saya ditabrak dari belakang. Saya terjatuh dari motor, dan motor terpental sejauh 10 meter dari posisi semula.  Pelakunya, mobil xenia berwarna putih plat B 1754 TZN lalu entah kemana. Dan saya ditinggal di rumah sakit sendirian.

Singkat cerita, saya tidak jadi melihat aksi besar – besaran ‘Soedirman Melawan’.  Hasilnya, saya melawan marah sendiri karena ditabrak lari.

Di dalam rumah sakit dengan badan terbaring lemas, dan menahan kaki yang kesakitan saya berpikir, mungkin saya sudah terlalu tua untuk menonton aksi seperti itu. Saya seringkali tidak sadar bahwa saya sudah tidak lagi menjadi mahasiswa yang dulu.  Saya seringkali tidak sadar, bahwa mnejadi aktivis mahasiswa sudah usai, dan pertanyaan untuk berkontribusi kepada masyarakat paska mahasiswa yang paling dibutuhkan saat ini.

Proses akan berpengaruh terhadap apapun. Sekarang saya ingin sekali membantu mahasiswa untuk mencapai keinginannnya. Sebagai mahasiswa, yang sering nongkrong di sekre, saya tentu ingin sekali menikmati proses itu lagi . Tapi sekarang sudah tidak bisa. Saya hanya bisa membantu dengan apa yang telah saya miliki sekarang.


Hari itu, saya kembali mengingat mimpi untuk bisa kuliah di negeri yang jauh. Sebagai mahasiswa yang “tinggal” di sekre, sampai lupa waktu kuliah, saya mengerti betul, apa yang tidak bisa ditinggalkan sebagai fitranya menjadi mahasiswa, yaitu keinginan untuk kehidupan lebih baik bagi dirinya dan kontribusinya untuk masyarakat. Sekarang, saya ingin sekali berbagi dengan adik – adik yang ingin bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah lagi. Mungkin tidak semua orang ingin kuliah lagi. tapi jika ada keinginan yang sama. Mengapa saya tidak berbagi ? Mungkin hanya itu yang bisa saya lakukan untuk terlibat. 


0 komentar: