#7

Sunday, August 25, 2013 Standy Christianto 0 Comments

Ada yang meluap dalam keheningan diri. Terus menerus ia berteriak dalam riak. Saya belajar bagaimana manusia harus tunduk dengan hal transenden. Alasannya sederhana, bukankah semua orang akan mengalami bagian yang tidak bisa ia pahami, yaitu perihal di luar batas kemauan dan kemampuannnya.

Ia tidak mau, tapi ia tidak bisa menolak.  Seakan ada yang memaksa untuk bergerak, merusak ketenangan dalam dirinya. Pilihannnya terbagi dengan dualisme : ia mau melawan atau menyerah.  Saya memilih untuk menyerah. Alasannya juga sederhana, agar ia jujur dengan intuisi.

Naluri manusia untuk mengikuti suara hatinya. Mungkin suatu saat ia berpikir itu adalah kelemahan. Tapi tidak apa. Ia menunjukan manusia harus tunduk dengan sisi yang lemah juga. Keberhasilan manusia adalah mengakui kelemahan.  Karena tidak ada kesempurnaan.

0 komentar:

#6

Saturday, August 17, 2013 Standy Christianto 0 Comments

...
Dendam tidak bisa membuat pergi jauh. 
Hanya bisa memuaskan kebencian.
Selebihnya ia tidak kemana – mana.
Dendam tidak  memberi gerak  apa pun, hanya  memberi abu.
Dendam bisa membunuh lawan. Tapi juga bunuh diri.
Dendam bisa berarti kesenangan. Tapi ia semu.
Dendam adalah bertarung dalam kesendirian 
Kemudian pembunuh dalam keramaian.
Dendam selalu ada benci.
Dan pahit.
...
Pengampunan adalah manjur,
Ampuni orang yang bersalah pada kamu,
Seperti itu juga manusia akan diampuni.
Walau mungkin kalah dalam pertarungan arogansi.
Bukankah manusia adalah pemaaf...?
Jika pengampunan bisa membuat manusia terbebas,
Ia mampu bergerak kemana pun ia mau.
Menunggu ruang kosong yang akan terisi
Ia akan isi dengan “cinta”,
Ia akan isi dengan “pengharapan”
Ia akan isi dengan “keyakinan”
kalau ia mau,
...


0 komentar:

Gagal dan Harapan,

Friday, August 16, 2013 Standy Christianto 0 Comments


Sesuatu yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Tapi apa yang bisa diandalkan ketika  di depan  tidak kelihatan..?

Saya masih ingat, padahal itu entah berapa tahun yang lalu. Suatu hari yang berat. Ketika berada di titik nadir paling bawah. Saya bertemu dengan cover sebuah buku, “seorang samurai mempersiapkan dirinya untuk mati, justru seringkali malah musuhnya yang mati”. Buku ini tentang berani gagal. 

Bicara tentang kematian, kehilangan, dan kegagalan sering dilarang. Manusia dibiarkan termotivasi habis – habisan agar penuh dengan imaji semu kalau hidup ia akan baik – baik saja. Dibalik itu, buku keberhasilan laku keras. Acara motivasi punya rating tinggi. Film bercerita tentang kebahagiaan mudah dicari. Lalu siapa yang sadar, suatu saat ia akan gagal ?

Kita lebih suka berharap dengan cerita tentang orang kaya raya, pasangan yang saling jatuh cinta, keluarga yang baik – baik saja, apa pun yang membuat kita  terbang di awang – awang. Kita lupa sebagai manusia,  ia juga akan gagal.

Manusia cukup beruntung. Saya lebih suka bilang beruntung. Harapan diciptakan untuk mereka yang berani hidup. Manusia beruntunglah yang dapat hidup. Yang lainnnya bisa mati. Tapi mengapa kita dibiarkan hidup?

Karena ada harapan. Manusia yang akan mati besok pun dibiarkan berharap. Harapan akan selalu timbul buat mereka yang ingin tetap hidup sehari lagi.

Manusia tidak boleh lupa, ia akan mengalami kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi ia butuh harapan. Harapan ibarat celah kecil saat berada di lorong panjang yang gelap. Jika ia punya harapan ia akan berjalan, entah sedikit demi sedikit atau berlari kencang (jika masih ada energi).

Siapa yang setia dengan perkara kecil, ia yang pantas mendapatkan perkara yang besar. Harapan seperti  sehelai benang, siapa yang mampu menggulungnya perlahan agar tidak kusut adalah mereka yang setia.

bagi saya, adanya hari ini,  karena ada harapan hari kemarin.  Jika ia mensyukuri hari ini, lakukan terbaik dari apa yang bisa dihadapi. Sehari demi sehari.





0 komentar:

Pulang,

Sunday, August 04, 2013 Standy Christianto 0 Comments

Siapa pun akan merindukan kembali ke rumah. Sejauh – jauhnya orang pergi akan merindukan ke tempat dimana ia pernah dilahirkan. Ada ingatan masa lalu tentang masa kecilnya. Lagipula manusia lahir memang untuk sejarah dan ia mungkin merasa bertanggungjawab untuk mengingat kembali saat berkembang dewasa.

Seorang perantau pasti mengerti, ada syarat bagi mereka yang akan pulang. Suatu kali seorang teman yang berasal dari pulau paling timur di Indonesia mengatakan ada dua alasan dirinya untuk  pulang : gagal atau berhasil. Bagi dirinya, meninggalkan kampung halaman adalah pertaruhan bagi kehidupan. Ia tidak boleh mengeluh untuk  beban, harapan, yang dibawa dari rumah.

Buat saya, pulang adalah alasan paling tepat untuk obat rindu yang sering membuat ngilu. Walaupun mungkin belum bisa membawa  yang membanggakan.

Sejauh – jauhnya seorang pergi dari rumah. Pada akhirnya, nanti setiap manusia akan berpulang, entah ke tempat kelahiranya atau ke penciptanya. Debu kembali kepada debu. Tanah akan kembali kepada tanah.


0 komentar:

Ujung,

Saturday, August 03, 2013 Standy Christianto 0 Comments

Lengkuk lingkaran dapat jelaskan, 
darimana dan kemana jalannya, 

Lengkuk lingkaran dapat jelaskan, 
tidak ada simpangan,

tapi, 
Lengkuk lingkaran tak dapat jelaskan, 
kemana ia berujung,

0 komentar: