Gubernur yang Paling Nge-Twit

Friday, August 17, 2012 Standy Christianto 0 Comments



Kelas menengah dan media sosial sedang naik daun. Mereka menarik perhatian di Indonesia, khususnya pada Pilkada DKI kali ini. Siapa mereka ? apa yang mereka perbuat ? apa pengaruhnya bagi perubahan Jakarta?

Mereka kaum yang secara ekonomi  tidak bisa dibilang kaya, juga tidak miskin. Berada di kelas antara kelas atas dan bawah secara kuantitatif ekonomi. Kita  sering menjumpainya di lini massa berkicau tentang apa pun, rentan terhadap hal – hal yang tidak sesuai menurutnya. Namun lemah dalam memberikan gerakan sosial. Spesialisasinya, berkicau di lini massa ribuan kali namun enggan bergerak untuk memobilisasi massa. Kelebihannya, mereka  menguasai ruang publik di teknologi dan media sosial. Mereka merupakan orang-orang yang berpendidikan dan sudah terbiasa untuk mempertahankan argumennya. Mereka juga sangat mandiri dalam mencari informasi dan data (politicawave.com).


ini bukti bahwa media sosial berpengaruh terhadap pilkada


0 komentar:

Memanusiakan Jakarta

Thursday, August 16, 2012 Standy Christianto 0 Comments


Kota akan melindas siapapun yang ada di depannya. Ungkapan Ibu Kota lebih kejam dari ibu tiri  sudah biasa kita dengar. Bahkan juga sering kita rasakan. Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta dengan segala isinya akan berusaha menjadi kota angkuh diantara kota lain di Indonesia. Buktinya, diantara APBD yang berlimpah, masih banyak penduduk jakarta yang  tinggal di rumah – rumah kardus dan kolong jembatan tanpa penghidupan yang layak.

Jakarta sendiri telah penuh oleh orang luar Jakarta yang melihat kemilau enaknya mengadu nasib di kota besar. Pertanyaannya, apa yang didambakan warga Jakarta   (warga asli maupun pendatang)  ketika tinggal di ibu kota. Rumah mewah ? Gaji Tinggi ? persamaan identitas dan SARA ?  saya pikir salah jika calon gubernur menawarkan itu, karena masyarakat Jakarta lebih rasional (Tempo.co)

Ibu Kota selalu menjadi tujuan utama warga negara dimana pun berada. Belum menjelajahi Indonesia jika belum ke Ibu kota. Bagi pencari kerja, Jakarta ibarat gula yang disemuti, karena apapun bisa jadi uang. Kondisi ini membuat Jakarta semakin  angkuh.  Ada lelucan khas betawi, “senggol, bacok !” ini ungkapan yang menandakan bahwa Jakarta bukan kota yang ramah. 

Kota yang aman dan nyaman adalah kota yang memiliki rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati adalah kemampuan mengambil alih posisi orang lain dalam satu konteks tertentu. Inilah yang dibutuhkan warga jakarta dalam menemukan angkuhnya Jakarta. Diantara kemacetan Jalanan Ibu kota, kita sudah mulai kehilangan rasa empati. Saling menyalib dan menyerobot tanpa mematuhi peraturan. Lihat Jakarta saat jam – jam sibuk, disanalah keadaan Jakarta sebenarnya tanpa rasa empati. Kemacetan merupakan salah satu isu krusial yang menjadi persoalan laten kandidat DKI1 siapapun yang terpilih nanti, seperti yang dikutip politicawave

Jakarta tanpa empati saat - saat macet

0 komentar:

Gondrong

Sunday, August 12, 2012 Standy Christianto 2 Comments


 - Stan, kamu aktivis yaa ..
+  Maksudnya  ?
- Kok gak gondrong seh..

Gubrak.  Pertanyaan yang aneh. Saya tidak menanyakan lebih jauh apa maksud dari pertanyaan itu. Anggap itu becandaan saja.  Becanda yang aneh. Apa yang dia maksud soal aktivis. Apa karena saya paling bawel di forum Fesbuk, sering berkeliaran di sekre,  ngeyel kalau di kelas, kuliah suka – suka, atau apa.

Yang lebih aneh lagi : apa korelasi antara mahasiswa berambut gondrong dan aktivis ? saya pikir  rambut gondrong itu menunjukan urakan, apa mungkin maksudnya kalau aktivis itu urakan.  Jadi harus gondrong untuk menunjukan eksistensinya.

Tapi ada benarnya juga loh. Sering juga melihat teman – teman yang  berkeliaran di lorong sekre rambutnya gondrong. Tapi kita percaya keaktifan organisasi tidak ditunjukan dari rambut. Sebaliknya, rambut tidak bisa menunjukan dia seorang aktivis. Buktinya, “mahasiswa BOYBAND” rambutnya gondrong – gondrong tapi saya tidak pernah lihat mereka di forum – forum diskusi.

Lalu pertanyaannya kenapa saya tidak gondrong ? karena saya tidak betah berambut panjang alias gondrong. Dulu saya masih ingat, kalau sekolah tidak boleh berambut panjang tapi malah sengaja tidak mau dicukur. Ikut – ikutan bandel, kejar- kejaran sama guru. Haha.

2 komentar: