Aku berdoa supaya ...

Thursday, September 10, 2015 Standy Christianto 1 Comments


Saya menemukan cerita ini ketika memasuki umur 20 tahun, ketika keinginan berkelindan dengan mimpi besar. Cerita ini begitu adil. Menang tanpa mengecilkan. Kalah bagian dari perkara biasa. Gagal adalah keniscayaan. Nikmati prosesnya. Bermimpilah sebesar - besarnya, berjuanglah sampai lelah.


"Aku berdoa supaya aku tidak menangis waktu aku kalah...."

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan.

Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai.

Dan...

Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?"

Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

...
..
.
Terimakasih, saya telah diingatkan oleh cerita ini. 



1 komentar:

Kuatir,

Tuesday, September 08, 2015 Standy Christianto 0 Comments

“Kuatir tidak bisa menambah sehasta saja dalam hidupmu”, kata – kata itu menjadi pembuka tulisan ini yang berisi keresahan. Dalam kehidupan usang, siapa pun tahu, ketidakpastian adalah keniscayaan. Kemudian dalam langkah yang tertatih, aku pun harus melangkah dengan yakin dalam ketidakpastian.

Mungkin kita beruntung, masih punya kuatir yang begitu besar, agar otakmu terpakai, mungkin saja, sudah lama tidak terpakai. Walaupun kamu tahu bahwa kapasitas otak dengan kemampuan maksimalnya pun belum cukup untuk menebak ada apa di balik tembok besar yang kamu takutkan itu.

Langkah yang yakin. Hati yang mantap. Namun dipenuhi dengan ketidakpastian.

Teori The Law Of Attractive pernah mengatakan demikian, “alam akan menarik hal – hal yang kamu pikirkan, dan akan terjadi”. Menguatirkan hal yang negatif kemungkinan akan menarik semua energi negatif. Lalu aku menjawab, “dari mana datangnya kuatir.. ?” darimana datangnya kemampuan manusia yang berlebihan untuk mampu menebak – nebak ada apa di depan sana.

Bukankah kuatir juga salah satu ciri manusia yang modern, bahwa manusia bukan sekedar mamalia yang makan – tidur – main, tanpa mampu memikirkan apa yang di depan. Manusia bukan kambing yang hanya sekedar mengembik di pagi hari agar keluar dari kandang dan bermain di rumput hijau. Lalu pulang, kemudian mengulanginya terus menerus.

Tembok yang menjulang tinggi di depan, membuat otak manusia berputar – putar kemudian mengira- ngira ada apa di balik tembok.

Langkah yang terayun pelan – pelan, seperti detak jarum jam yang berputar searah otak yang berdetak juga.. tikk... tokk.. tikk... tokk.

Kalau kuatir tidak bisa menambah sehasta saja dalam hidupmu. Tapi merasakan kuatir itu adalah ciri dari kemanusiaan.




0 komentar: