Meretas Kolonialisme, Membangun Agroindustri*

Saturday, August 27, 2011 Standy Christianto 0 Comments

KOLONIALISME tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. Keuntungan geografis yang membuat komoditas pertanian tumbuh subur di negeri ini. Nyatanya, belum mampu memberikan kesejahteraan bagi pelaku pertanian di negeri sendiri.

Sejak jaman Hindia Belanda, sampai era globalisasi ini komoditas pertanian kita tidak pernah dianggap sebelah mata oleh bangsa lain. Sektor pertanian masih menjadi andalan negeri ini sebagai penyumbang devisa negara. Data BPS menunjukan nilai ekspor komoditas pertanian lebih besar dari nilai impor. Sampai hari ini, perkebunan masih menjadi andalan komoditas ekspor. Walaupun disisi lain kebutuhan kita terhadap kebutuhan pangan sebagai bahan pokok masih tergantung impor, misalnya beras.

Berdasarkan fakta, komoditas  perkebunan yang diekspor masih dalam bentuk produk mentah.  Buktinya,  di tahun 2008, negara yang menjadi tujuan ekspor CPO (Crude Oil Palm)  mengalami resesi, CPO menumpuk di gudang, yang mengakibatkan harga CPO jatuh. Akibatnya, petani kelapa sawit merugi. Kasus ini menunjukan, komoditas pertanian kita masih berfokus pada produktivitas, bukan  memberikan nilai tambah yang dapat digunakan dalam negeri.

jika masih mengandalkan pada produktivitas, tidak ada bedanya kolonialisme tanam paksa dengan kondisi saat ini. Kolonialisme modern menuntut ekspor hasil pertanian untuk memenuhi permintaan negara tujuan. Di sisi lain, petani dipaksa meningkatkan produktivitas untuk memenuhi permintaan mereka.

Salah satu opsi meretas kolonialisme modern adalah meningkatkan nilai tambah. Teori ekonomi mengatakan produk yang memiliki nilai tambah akan memberi keuntungan komersial dan sosial. Dari sisi komersial, barang yang dijual akan memberikan keuntungan ekonomis karena harga jual produk akan meningkat. Harapannya, tingkat kesejahteraan rakyat akan ikut meningkat.

Dari sisi sosial akan memberikan lapangan kerja.  Agroindustri adalah rangkaian kegiatan pertanian mulai dari produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sebagai indutri yang berbasis sumber daya, agroindustri berpotensi dapat menciptakan lapangan pekerjaan. 

Ciri khas agroindustri di Indonesia adalah skala kecil, yang bersifat menyebar. Hal ini menimbulkan masalah struktural yang membuat  rendahnya posisi tawar di tingkat daerah. Keberadaan mereka yang pedesaan sebenarnya mampu memberikan lapangan kerja di pedesaan. Bukan sebagai buruh tani, tapi sebagai tenaga kerja industri. Namun, pemerintah daerah terkesan lebih mementingkan industri non pertanian. misalnya, di Banyumas yang memberi ruang kepada investor untuk pembangunan hotel.

Masalah kedua, adalah kurangnya sentuhan teknologi. Teknologi tidak lahir dengan sendirinya. Disinilah peran kalangan terdidik, di tingkat kalangan akademisi. Namun, kerapkali terlihat antara pemerintah, industri dan  perguruan tinggi tidak sinergis dalam kebutuhan penelitian dan riset. Kita perlu banyak belajar dari India, yang memiliki visi untuk menjadikan negaranya unggul dalam teknologi kendaraan bermotor. Kemudian seakan seluruh energi penelitian untuk hal tersebut. Hasilnya, sekarang kita dengan mudah melihat kendaraan bermotor made in India. Sedangkan, kita masih berkutat pada dana penelitian yang terbatas. Disamping, mencetak teknolog pertanian yang visioner.

Rasanya, jika melihat alokasi APBN sektor pertanian hanya 1,3% dari RAPBN 2012 yang jumlahnya lebih dari Rp1.400 triliun dan sebagian besar untuk gaji pegawai. Sepertinya pemerintah tidak memiliki skenario untuk ke arah teknologi agroindustri.  Agroindustri yang kecil dan tersebar tersebut masih dibiarkan menjadi industri yang minim memberikan nilai tambah. Bila hal ini terus menerus dibiarkan, pertanian akan menjadi korban dari kolonialisme modern, yang berbaju perdagangan bebas.

  *tulisan ini dibuat untuk editorial Majalah Agrica 2011
     Dapatkan majalahnya ... !!! SEGERA !!!














0 komentar:

Respon Pembaca Warta Kota ( PDAK part III)

Wednesday, August 24, 2011 Standy Christianto 0 Comments

PAGI  hari, tanggal 9 agustus,  pukul 9 pagi,  di tempat PKL ....

Selamat pagi kakak ! Mohon maaf kalo menggangu, saya pelajar SMA yang pagi ini  baru saja membaca berita kakak di koran warta kota ... saya tidak bisa berbuat apa - apa, namun saya turut sedih atas apa yang dialami kakak di berita tersebut .. Tetap semangt ya Kak ! Semoga Tuhan memberi jalan keluar dan mengganti atas apa yang diambil dari kakak. - 08179166***-

SMS itu masuk memecah konsentrasi saya saat mengerjakan Tugas PKL. . Setelah seminggu ijin dari tempat PKL, saya kembali dengan seribu semangat baru. Dan sms yang menurut saya rada kocak itu makin menambah semangt saya. Lucu juga kalau dipikir, ada orang yang baca tulisan saya di koran, tidak saling kenal tapi ia peduli. 

Tulisan saya muncul di Warta Kota, kali ini lebih besar, dan ada karikaturnya, Saya tidak menyangka ini kali kedua, tulisan saya mendapat respon dari  surat kabar. Dan kali ini lebih banyak respon dari pembacanya juga

Sebenarnnya, saya sudah melupakan kehilangan itu. Lagipula lebih seru membaca respon sms dari pada mengingat itu. heheheheh... ada yang bikin penasaran, ada sms yang bikin lompat dari tempat duduk.
begini smsnya,

"Maaf kak bukannya sok tahu, tapi apa yang kakak ceritakan ciri - ciri orang yang mangambil barang2 kakak itu benar, cuma ada 1 temen lagi yang tugasnya bawa barang - 085716932*** - 

Wah, ini sms yang ditunggu - tunggu ! sesuai dengan maksud saya menulis di koran, berharap ada orang yang lihat kejadian itu, jadi saya punya saksi untuk menuntut orang yang mengambil tas saya. Tanpa pikir panjang, saya balas, tanya nama, alamat dan lainnya,

Sudah banyak sms yang dikirm, semaakin banyak juga yang dibalas, malah makin tidak yakin kalau orang itu benar - benar tahu kejadian itu. Saya agak curiga juga, kalau masalah ini malah dijadikan aji mumpung. Satu pertanyaan yang paling membuat tidak yakin. Saya tanya, saya pakai baju warna apa, ia jawab pakai baju hitam pudar, padahal saya tidak pake baju, saya pakai jaket bergaris. Akhirnya, tidak pernah saya gubris sampai sekarang.

selamat sore mas, lagi ngapain mas standy - 02195909***

Waktu saya baca sms ini, saya tidak mengira kalau ini respon dari pembaca warta kota. Lebih cocok dari teman lama, atau adik angkatan. Saya kira ini dari anak Agrica, yang sedang bikin majalah. . Karena smsnya sok kenal, jadi saya jawab juga dengan sok kenal.

saya ketawa sendiri, ternyta balasanya begini,

Saya baru aja baca warkot saya turut prihatin atas kejadian yang menimpa mas di KRL. Sabar yaaaa mas

saya balas  menanyakan tempat tinggalnya, agar  bisa tahu, sejauh mana pembaca warkot,


Saya dari jaktim cipayung. saya kerja sbagai SPG di plasa cibubur

Posisi saya saat itu di bogor, kejadiannnya di stasiun Duri, jakarta barat, dan pembaca sampai cipayung. Efek media memang besar. Yang jadi pertnyaan sampai saat ini, kenapa dia kasih tahu pekerjaannya. Alasan paling lucu, Apa karena dia SPG, trus dibidang komputer, ingin menawarkan laptop buat saya, .. hehehee. saya kira ini strategi marketing yang bagus. hehehehe, Sampai saat ini, tidak ada tawaran. Berati memang, ia benar - benar peduli.

Respon yang paling aneh, datang  jam 2 pagi. Luar biasa. Saya baru bangun, mau berangkat PKL, saya baca agak aneh. Sms itu masuk, seakan kasih tahu kalau ada yang kurang ditulisan saya. Saya agak aneh juga waktu lihat respon smsnya.  Seperti menggurui saya.

Usut punya usut ternyta ia wartawan dari surat kabar lokal. Sudah 10 tahun meliput kriminal di stasiun. Beberapa kali ia minta ketemu. Tapi timingnya gak pernah tepat. Terakhir, ia menawarkan saya untuk jadi kontributor di medianya. Karena memang, di sana saya tulis, saya juga kehilangan kartu pers mahasiswa. Sampai saat ini, masih mencari waktu yang tepat untuk ketemu.

####

Ada belasan sms yang respon. Tapi sms yang ini lebih berkesan. Awalnya ia tanya kabar, kasih masukan, terakhir ia bilang begini . "Kalau dapet pelakunya, Mas Cris, (ia memanggil nama saya begitu ) mau memberi imbalan juga sperti yang anda tulis dikoran.?

saya balas, " Saya cuma ingin tas dan isinya kembali,tidak ingin pelakunya masuk penjara, saya tahu semua orang malakukan itu motifnya ekonomi, bukan semata - mata karena orang itu jahat. Tapi himpitan ekonomi membuat orang seperti itu."

saya kaget, balasannya  smsnya begini,

Dengan tahunya kejadian  yang menimpa anda, saya mau tolong dan bantu anda buat ungkap ini semua, akrena saya pun pernah  mengalaminya, saya tiap sore pulang kerja gunakan KRL pakuan di stasiun kota, saya punya kerabat di di  komdak.

orang ini namanya Budi, ia penumpang setia KRL, kerjanya di megamall pluit, seorang Cleaning service di bioskop XXI,  ia merasa senasib dengan saya. Pernah dicopet, dompetnya hilang. Padahal ia sedang tidak ada duit. Ia sudah berkeluarga. Ia merasa prihatin. Luar biasa. Dari smsnya, ia sangat geram terhadap pelakunya.

Ia cukup intens sms dengan saya. Ia juga sering ajak saya ketemu, di Bioskop, ia juga berjanji meluangkan waktu untuk saya. Sekedar mengobrol.

Terakhir, ia menanyakan, saya mudik atau tidak. Lalu saya tanya balik, ia tidak mudik. Tidak ada duit, katanya. Terus, pekerjaannya padat. lagi puasa begini, mungkin banyak orang yang meluangkan waktu ke bioskop.

Saya bersyukur, ada orang yang tidak dikenal memberi kepedulian. Saat down sperti itu, setiap orang memang butuh kata - kata semangat. Kehilangan  itu tidak ada yang tahu. Kita cuma tahu, bagaimana menanggapi kehilangan itu. Kehilangan sesuatu memang tidak enak, tapi gara - gara itu, kita jga tidak boleh kehilangan semangt. Nanti  "kalah" dua kali.

saya memilih untuk menuliskan kejadian itu di koran, agar kejadian itu tidak terulang. Kereta sebuah moda transportasi massal yang paling murah. Dan banyak, orang kelas menengah bawah yang yang menggunakannya. Sering kali, saya cerita, saya naik kereta ekonomi saat kecopetan. Karena saya naik kereta ekonomi itu, jadi kecopetan itu hal wajar.

saya jadi bertanya sendiri, apakah kereta kelas kambing, atau sesuatu yang murah dan dapat dijangkau oleh seluruh  kasta masyrakat itu memang diciptakan KETIDAKAMANAN. Kalo KETIDAKNYAMAN, masih bisa di tolerir. Harga menentukan fasilitas.

Menurut saya, Keamanan di trasnportasi umum bagi setiap penumpang SAMA. Perbedaan harga dan kelas, cuma pada fasilitas. Yang satu ada berpendingin, yang satu tidak. Yang satu tempat duduknya empuk, yang satu tidak. Tapi, itu tidak bisa membeli keamanan. Kasian, orang2 seperti Budi. kehilangan barangf berharga untuk keluarganya.

Ini baru sudut pandang kehilangan  materil, bagaimana kalau dari Keamanan yang menyangkut hidup seseorang. Dikereta misalnya, gara -gara naik kereta  ekonomi, Lokomotifnya di pake yang tidak layak, rangkaian keretanya yang mudah anjlok, terus pintu keretanya tidak ada. Atau bisa jadi gara -  gara naik ekonomi, jadi tidak boleh lihat rekaman CCTV..

harga untuk KEAMANAN tidak  sama dengan KENYAMANAN...

0 komentar:

Respon Pembaca Koran Tempo (perjalanan di atas kereta Part II)

Monday, August 22, 2011 Standy Christianto 0 Comments

ADA - ada saja respon pembaca KORAN TEMPO dan WARTA KOTA, media yang memuat tulisan saya di rubrik pembaca. ceritanya begini,

Tas saya hilang di atas kereta ekonomi, jurusan Stasiun Kota - Tangerang,
Hari itu tampak seperti biasa, Setiap Sabtu, saya selalu pulang dari Cibinong, tempat saya PKL, ke Tangerang, Tak disangka, tas saya hilang di Stasiun Duri. Dari sanalah, saya kecewa dengan pelayanan Kereta, bukan untuk melakukan pembelaan atas keteledoran saya. Tapi, karena Kamera CCTV di Stasiun Kota yang seharunya bisa menjadi bukti atas gerak -gerik pelaku, ternyata RUSAK. Wah, ironis sekali, di Stasiun sebesar dan sepenting itu, CCTV bisa tidak ada satu pun yang berfungsi.

"Saya telah membaca kejadian yang anda alami di KORAN TEMPO. Menurut saya, sebaiknya anda laporkan ke menteri perhubungan, karena dia pernah memecat kepala stasiun Kota, gara - gara peron kotor dan WC bau, seorang kepala stasiun pasti tahu CCTV tidak berfungsi, kenapa tidak di service/ganti yang baru. Yang jelas Dia tidak cocok jadi manager " - 081513199***-

Sms itu masuk sesaat saya bangun tidur. Pagi itu menunjukan pukul 10 pagi. Saya baru sadar beberapa menit, kalau itu adalah sms dari pembaca tulisan saya, yang pernah saya kirimkan tiga hari lalu.

Memang saya kirimkan tulisan, sebagai bentuk saran bagi perbaikan Stasiun, saya kirimkan ke empat media cetak : Berita Kota, Warta Kota, dan dua media Nasional : Koran Tempo dan Kompas. Setelah dikirim, tidak pernah menanti - nanti akan dimunculkan. Eh, ternyta tulisan saya di muat di Koran Tempo, Sabtu 6 Juli, tepat seminggu setelah kejadian.

Pertama kali respon saya setelah membaca sms yang masuk, : tulisan ini bisa saja berefek panjang. Dibaca oleh siapa saja, termasuk Menteri. Efeknya, seseorang kehilangan jabatannya, Gara - gara saya !

Saya sedikit kuatir juga. Masalahnya, tidak ada niat sama sekali agar kepala stasiun bertanggung jawab atau siapapun, atas hilangnya tas saya.

Sms kedua. Beberapa jam kemudian, sms masuk,

" yth. Bp Standy Christianto, saya *********, mengelola Majalah ******. Kami turut prihatin dengan kejadian yang menimpa bpk di stasiun Kota, Atas seizin bpk, Kami bermaksud memuat ulang surat pembaca bapak (korantempo) di majalah kami, dengan harapan kejadian itu tidak menimpa orang lain. Terimakasih"
- 081767677***-

Sms ini masuk sesaat setelah saya baru pulang sehabis membeli KORAN TEMPO. Kalau isi sms ini saya setuju. Saya juga tidak kuatir. Sepaham dengan maksud saya menulis di media cetak, agar stasiun, primadona transportasi umum warga Jabodetabek ditingkatkan.

Alasan saya jelas, kenapa saya kirimkan tulisan saya. Pertama, saya berharap pelaku membacanya. Alasan ini memang tampak konyol. Tapi, bisa sajakan? karena saya yakin masih ada orang baik di dunia ini. Kedua, ada saksi yang melihat kejadian, lalu bersedia menjadi saksi saya. Karena pelaku memang sudah tertangkap, tapi karena saya tidak punya bukti dan saksi, jadi dilepaskan. Ketiga, seandainya pelaku membuang surat berharaga saya, atau data - data kuliah saya, lalu pembaca kebetulan menemukannya bisa dikembalikan.

Alasan terakhir, moda transportasi umum di jakarta HARUS diperbaiki. Kemacetan di kota ini begitu luar biasa. Satu - satunya cara adalah membuat pengendara bermotor berpindah menggunakan alat transportasi massal. Tapi kalau kereta, satu dari sekian banyak alat trsnportasi itu, tidak aman, bagaimana mereka mau berpindah.

ehhhmmmm, memang lebih berkesan naik kereta. Sebelumnya saya menulis tentang perjalan kereta part I, dan part II kali ini benar - benar membuat cerita perjalanan kereta lebih berkesan, dan MENGESALKAN tentunya.

Ada lagi respon pembaca Warta Kota, malah ada temen kuliah, jauh - jauh dari Purwokerto, tinggal di Bekasi kemudian sms.Ia sadar kalau yang menulis di Warta KOta adalah saya. Ada juga yang respon sms diluar dari yang dibanyangkan .. apa itu ..
COMING SOON .....


0 komentar:

FORGIVENESS

Friday, August 05, 2011 Standy Christianto 0 Comments

MAAF itu sulit. Baik, meminta maupun memberi. Lebih sulit lagi,  maaf untuk kebodohan. Parahnya, kebodohan sendiri. Kehilangan barang berharga karena kebodohan sendiri. Tas pun lenyap. Saya cuma bisa diam sesaat. Saat melihat tas tidak lagi ditempatnya. Saya memang meletakkannya di atas kepala sambil asyik membaca Koran.

Dari dulu, saya tahu fasilitas umum memang milik semua orang. Dan segala isinya juga milik mereka. Sedikit saja lengah, apapun bisa berpindah tangan. Saya juga lihat siapa yang memindahkan tas itu. Saya juga tidak tinggal diam. Saya sadar dan mengejar. Sayangnya, kereta telah mulai jalan sesaat, dan saya kehilangan. Tapi saya tidak lupa yang menggeser tas itu. Si bertopi putih dan kemeja kotak, bertato di tangan kiri.
Hukum tidak bisa memaksa. Itu kata petugas. Ada bukti dan saksi , baru ada hukum. Tanpa itu mana bisa sesuka hati menggeledah. Saya benar – benar dibodohi oleh diri sendiri. Itu barang mahal, ya jangan jauh – jauh dari badan. Itu alasan mereka. Dan pelaku dilepaskan.
Saya yakin orang itu adalah yang naik kereta dengan saya di stasiun pertama. Lalu sengaja duduk disamping kiri. Saya tidak mungkin lupa. Sampai sekarang saya pun masih ingat, yang duduk disamping kanan. Lagu apa yang dimainkan pengamen tadi. Tapi  saya kalah oleh bukti dan saksi.
Saya tidak bodoh. Saya yakin kamera CCTV di stasiun pertama akan merekam gerak geriknya. Namun, siapa sangka stasiun sebesar itu kamera hanya pajangan. Tidak ada yang berfungsi. Padahal ada lima kamera terpasang. Harapan saya pupus.
Tidak ada harapan. Kecuali mengharapkan kebaikan dari si pencuri.  Saya harus yakin. Masih ada orang baik di dunia ini.
Sekarang, yang paling penting bukan menghitung krugian dari barang yang hilang. Tapi pengampunan bagi kebodohan sendiri. Hal terbodoh adalah tahu sesuatu berbahaya, masih juga dilakukan. Parah.


0 komentar: