Obrolan Malam
“Bikin media itu ibarat orang boker, susah keluarnya, kalau udah keluar rasanya lega”
KATA – kata itu memecah
keheningan malam di sekre. Sebelumnya sekre benar – benar hening. Cuma suara
printer yang masih hidup. Maklum, waktu sudah berada tepat di tengah malam. Saat
yang lainnya sudah tidur, tapi saya dan mas can masih terjaga.
DEADLINE benar – benar memaksa tanpa ampun. Saya dan mas can sedang berduet.
Saya mengedit tulisan masuk. Mas can meng-layout @gromedia. Kerjaan saya : memperhatikan kata ,demi kata,
jangan sampai ada makna tulisan yang tidak bermakna.
MUNGKIN mas can sudah lupa..
hehehe. Tapi Obrolan malam itu masih saya ingat sampai sekarang.
BEKERJA membuat media seribu
kali lebih sulit daripada membuat acara. Membuat buletin sekelas fakultas itu
lebih sulit dari pada membuat acara sekelas seminar nasional. Mengkordinasi 20
orang reporter Agrica untuk mencari berita, mengarahkan bagaimana tulisan
mereka tersampaikan dengan jelas kepada pembaca bukan pekerjaan mudah.
OBROLAN malam itu berkutat pada
konsistensi reporter menulis. Berkali –kali saya membaca tulisan mereka, sampai
– sampai menebak kondisi apa yang sedang dialami dari tulisan mereka.
BETAPA sulitnya menjaga
konsistensi mereka dengan segala macam alasan.
Obrolan malam itu juga membuat saya dalam hati mencoba memetakan kondisi
reporter : puncak antusias berada di awal kepengurusan kemudian posisi terbawah
berada di akhir.
SAYA pikir, bekerja di bawah tekanan deadline tiap bulan
tentu jenuh juga. Tapi malam itu kami memang benar- benar tidak punya pilihan.
Kondisi apapun harus TERBIT. Karena pertaruhan AGRICA terletak dari sebuah
karya.
INILAH yang saya sebut lebih
sulit dari pada membuat seminar nasional. Seminar tidak terlalu membutuhkan
konsistensi terlalu lama. Setelah selesai acaranya, lalu habis. Kalau media ? masa besok gak terbit? Lalu kalau
medianya jelek, pasti ada catatan sejarahnya. Kecuali karya yang sudah diterbitkan
itu, dibaca lalu di bakar sampai habis. Kalau acaranya jelek paling dievaluasi, lalu
lupa. Kalau media ? salah tulis berita, satu kampus gempar.
BETAPA sulitnya, sampai harus
rela tidur di sekre menerbitkan media yang mungkin saja orang tidak peduli
untuk membacanya. Mengangkat isu kampus untuk perbaikan tapi dianggap sinis
sama orang, “Kok masalah sepele begitu aja diangkat ?” . hahahaha..
TUNTUTAN media memang berat. Mas
can punya misi agar dirinya suatu saat dipanggil oleh birokrat, alasanya
sederhana. Sebagai indikator bahwa media kita dapat perhatian dari birokrat. Nah,
saya penanggung jawab redaksi (pimred) juga mikir bagaimana bisa memberitakan
dengan vokal dan kritis tapi kode etik tetap terjag. Sekarang, itu jadi misi saya juga.
OBROLAN malam itu menemani saya
meramu tulisan reporter di komputer sekre (waktu itu saya belum punya laptop).
Mungkin mas can lelah juga menunggu saya mengedit berita, sembari mengomel
karena tulisan reporter tidak sesuai harapan. Hehehe.
SAYA biarkan mas can tidur
dulu. Kemudian baru saya bangunkan kalau berita sudah selesai. Kalau mas can
sedang me-layout, karena saya sudah lelah, gantian saya yang tidur.
SAYA dan mas can sedang berduet
malam itu. Obrolan yang membangkitkan optimisme. Buktinya, saya masih bertahan
sampai hari ini. Hehehe. Buktinya, saya juga masih ingat kata – kata itu yang
terucap saat agromedia telah berhasil melewati mesin printer. Kemudian siap
untuk diperbanyak.
KERTAS yang melewati mesin
printer yang suka ngadat itu mewakili perasaan kami saat itu, betapa sulitnya
menjaga konsistensi. Sama seperti kertas yang keluar perlahan - lahan itu.
LALU kata - kata ini yang terlontar, Bikin media itu ibarat orang
boker, susah keluarnya, tapi kalau udah keluar, legaaaaaaaaa...
KEMUDIAN kami berdua tertawa, memecah keheningan malam itu
0 komentar: