Gondrong

Sunday, August 12, 2012 Standy Christianto 2 Comments


 - Stan, kamu aktivis yaa ..
+  Maksudnya  ?
- Kok gak gondrong seh..

Gubrak.  Pertanyaan yang aneh. Saya tidak menanyakan lebih jauh apa maksud dari pertanyaan itu. Anggap itu becandaan saja.  Becanda yang aneh. Apa yang dia maksud soal aktivis. Apa karena saya paling bawel di forum Fesbuk, sering berkeliaran di sekre,  ngeyel kalau di kelas, kuliah suka – suka, atau apa.

Yang lebih aneh lagi : apa korelasi antara mahasiswa berambut gondrong dan aktivis ? saya pikir  rambut gondrong itu menunjukan urakan, apa mungkin maksudnya kalau aktivis itu urakan.  Jadi harus gondrong untuk menunjukan eksistensinya.

Tapi ada benarnya juga loh. Sering juga melihat teman – teman yang  berkeliaran di lorong sekre rambutnya gondrong. Tapi kita percaya keaktifan organisasi tidak ditunjukan dari rambut. Sebaliknya, rambut tidak bisa menunjukan dia seorang aktivis. Buktinya, “mahasiswa BOYBAND” rambutnya gondrong – gondrong tapi saya tidak pernah lihat mereka di forum – forum diskusi.

Lalu pertanyaannya kenapa saya tidak gondrong ? karena saya tidak betah berambut panjang alias gondrong. Dulu saya masih ingat, kalau sekolah tidak boleh berambut panjang tapi malah sengaja tidak mau dicukur. Ikut – ikutan bandel, kejar- kejaran sama guru. Haha.


Sekarang  kuliah sudah bebas. Ternyata tidak betah kalau melihara rambut. Sekarang baru sadar, Ternyata waktu SMA cuma cari perhatian guru saja.

Saya memang benar – benar tidak berbakat untuk gondrong.  Bukan karena traumatik omongan orang, “kamu udah item rambutnya panjang, jadi kelihatan tambah item,”

Boleh apa saja asal tidak berambut panjang. Tapi saya memang merasa lebih jelek, item, dan dekil. Saya jujur soal itu. Haha

Empat tahun kuliah pernah botak, tapi tidak pernah gondrong. Saya tidak betah melihat diri sendiri di cermin kalau gondrong. Saya tidak bisa mengenali diri sendiri (yang ini lebay).

Sekarang saya sudah di pengujung kuliah. Saya tidak mau berlama –lama di kampus. Karena saya ingin merasakan dunia sebenarnya, dunia yang tidak dibatasi oleh empat tembok kelas. Dunia yang tidak  pernah berteori.

Tapi masalahnya saya ini pemalas. Apalagi kalau disuruh mencari referensi teori – teori kuliah di litelatur untuk referensi tugas akhir saya.

Untuk perbandingan saja, Laporan PKL saya selesai dalam waktu lebih dari 6 bulan. Luar biasa. Bukan tidak niat PKL, saya sangat niat PKL. Bahkan tempat PKL saya adalah yang dicita-citakan. Tapi kalau disuruh bikin laporannya. Otak saya langsung terdiam, tiba – tiba  tidak berjodoh dengan tulisan laporan.

Maka dari itu saya berpikir bagaimana saya keluar dari zona nyaman. Sekarang saya sudah penelitian, apalagi penelitian yang waktunya suka – suka saya. Bisa – bisa saya keenakan di kampus. Saya sedang memahami kondisi diri sendiri.

Saya bisa seenaknya mengerjakan tugas akhir saya. Karena penelitian yang suka – suka saya itu. Tidak ada tuntutan deadline waktu. Saya juga pintar melakukan pembelaaan atas apa yang sedang dikerjakan. Nanti pasti dalam hati saya berkata, “ah, penelitiannya kan gampang, tinggal mainkan ini – itu, “

Makanya saya mencari apa yang bisa menekan saya. Sebuah adagium berkata, “hal yang tersulit adalah MEMAHAMI DIRI SENDIRI,” saya mencoba memahami diri sendiri, bahwa saya ini tidak suka dengan teori ilmiah, saya juga tidak suka dengan tulisan yang kaku dan ilmiah. Saya ini pemalas dalam hal itu. Maka dari itu saya mencoba untuk mengakali diri sendiri.

Saya berjanji TIDAK AKAN POTONG RAMBUT SAMPAI SEMINAR HASIL nanti.  Saya tidak betah berambut gondrong. Kalau semakin lama saya tidak kerjakan penelitian saya, maka saya semakin tidak betah. Karena saya berjanji untuk tidak potong rambut. Maka saya akan berkata pada diri sendiri, “makanya cepetan seminas hasil,” saya sedang memahami diri sendiri.

Dalam banyak hal sering kali, ada hal SALAH yang sedang kita kerjakan. Kita tahu salah, mengapa masih dikerjakan?

Pernahkah merasakan seperti itu? Kita belum berdamai dengan diri sendiri. Kita belum memahami diri sendiri.

Untuk menjalani komitmen pasti ada resiko, resiko terburuk penelitian saya gagal, dan mengulang, atau saya bermalas – malasan, malah betah dengan rambut gondrong. Bisa saja itu terjadi. Lalu mau bagaimana?

Kalau nanti gagal, ya dipikirkan nanti waktu gagal. Kalau sedang menyiapkan planning A, dilarang untuk menyiapkan plannning B. Karena planning B adalah kegagalan bagi planning A. Begitulah kira – kira.

Pertanyaan teman saya diawal tadi lucu juga dipikir –pikir. Selucu komitmen saya ini..

Sampai ketemu nanti di seminar saya yaaa .... hehe




You Might Also Like

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Ternyata, saya gagal. Saya potong rambut saat pulang kerumah waktu natal Tahun kemarin.
    Alasannya, yaitu orang tua.
    Saya suruh potong rambut. Mereka bilang saya keliatan jelek. Malu kalau ketemu keluarga.
    .. Hahahahaha....

    ReplyDelete