#Savesoedirman = gerakan hedonisme ?!?

Tuesday, November 13, 2012 Standy Christianto 1 Comments


Ide menulis judul ini muncul dari sebuah ajakan. Rencananya, saya ingin mengajak lebih banyak orang untuk ikut flashmob di alun – alun. Jika ada yang tidak tahu, Nama flash mob sendiri sebenarnya berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu flash yang berarti sekejap atau kilat dan mob yang berarti kerumunan. Makanya, setiap gerakan flash mob pasti melibatkan banyak orang dan hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat.  Ini menantang, karena flashmob untuk save soedirman ini lahir karena ide spontanitas. Persiapan dengan tempo sesingkat-singkatnya.

Saya antusias karena saya pikir ide ini cerdas, sedang tren, dan dilakukan di ruang publik, yaitu alun – alun. Sekaligus bisa memberikan informasi ke masyarakat luas tentang gerakan Savesoedirman. Maka dari itu, saya antusias untuk ajak banyak orang. Tak disangka, judul ini muncul dari jawaban seorang teman.

Saya bertanya dengan penasaran, di bagian mana save soedirman dianggap “hedon” ? kok bisa ?

Rupanya, teman saya melihat konser musik savesoedirman yang dipernah dilakukan di Farmasi, Pertanian, dan Perternakan. Ia menilai bahwa mengadakan konser musik adalah kegiatan hura-  hura. Acara yang kedombrangan itu tidak menunjukan bahwa savesoedirman sedang memperjuangkan akses orang miskin bisa kuliah.


“Itu menunjukan hura-hura, menghabiskan waktu dengan hal dengan senang – senang gitu,” Begitu katanya.

Lalu ia bertanya, “Mengapa harus dengan acara musik seperti itu?”.

Saya jawab dengan mengerutkan dahi. Saya minta ia untuk menjelaskan lebih banyak.

“Gerakan mahasiswa kan gerakan intelektual, coba donk bikin diskusi-diskusi, jangan kayak gitu,” katanya berapi-api.

Saya mengerutkan dahi lagi.

Ia masih menjelaskan, “saya tidak setuju dengan gerakan kayak gitu, ini gerakan gak jelas,”

Saya ingin, ia mengeluarkan uneg-uneg lebih banyak agar saya paham yang dimaksud gerakan hedon itu. Toh, semua orang berhak berpendapat. Baik positif, maupun negatif. Menurut saya, ia begitu karena dia peduli dengan gerakan mahasiswa.

Jujur saja, walaupun saya tidak menyangka ada yang berpikir seperti itu. Ternyata ada yang bilang bahwa acara musik itu adalah acara hedon.

Justru, saya ikut gerakan ini karena berbeda dengan gerakan mahasiswa yang sudah-sudah. Dulu, pesan yang disampaikan hanya lewat demonstrasi, orasi dan aksi jalanan. Apakah cuma ini yang bisa dilakukan mahasiswa ?

Namun kali ini berbeda. Savesoedirman kreatif membahasakan aspirasi mahasiswa lewat musik, karikatur, media sosial bahkan flashmob

Saya setuju, bahwa musik adalah bahasa yang universal. Buktinya kita dapat tergugah rasa nasionalismenya ketika sama-sama menyanyikan Indonesia Raya. Atau yang lebih dekat, saat galau kita mendengarkan lagu melankolis untuk mewakili perasaan kita. Inilah bahasa universal. Setiap orang bisa disatukan lewat musik.

Lalu giliran saya bertanya, “apakah SLANK ketika mendukung KPK mengadakan konser di Bundaran HI juga hedon ?” ,

saya bertanya lagi, “waktu tsunami di Aceh, ribuan band mengadakan acara konser amal juga dikatakan hedon?”.

Kali ini ia yang mengerutkan dahi. Ia salah kaprah. Mungkin musik bukan gayanya, lalu berkesimpulan bahwa konser musik adalah bagian dari hedonisme. Padahal kempanye lewat musik terbukti efektif.

Bukankah masing-masing orang punya caranya sendiri untuk menunjukan ekspresinya? Ada yang suka keramaian, ada juga yang ketenangan. Ada yang suka nge-band, ada yang suka diskusi. Ada juga yang suka gambar. Ada juga suka menulis seperti saya :)

Ia belum tahu, kita juga ada diskusi – diskusi setiap hari rabu, untuk mengupas UKT, sampai ke akar –akarnya. Kalau ia butuh sarana berpikir bisa bergabung, Kita juga butuh banyak orang untuk jadi relawan yang bersedia berbagi ilmu kuliahnya di bidang ekonomi untuk membedah UKT dari sisi ekonomi, atau yang di bidang hukum untuk menilai sisi yuridisnya. Kita juga perlu mahasiswa lain untuk membantu kita berpikir untuk mencari celah dari UKT. Siapapun boleh bergabung, ini bukan miliknya mahasiswa jurusan atau angkatan tertentu.

Setelah ngobrol panjang lebar, ternyata ia belum tahu, bahwa kita kesulitan untuk mencari relawan yang mau membagi waktunya, untuk memikirkan orang-orang yang tidak bisa kuliah karena biaya kuliah di kampus kita kian mahal. Di akhir pembicaraan, saya tidak lupa dengan tujuan awal saya : mengajak bergabung.

Mengapa saya setuju dengan flashmob? Ingat, Jokowi jadi Gubernur DKI juga gara -  gara flashmob. Artinya, flashmob juga mampu membahasakan aspirasi mahasiswa. Semoga, tidak berpikir flashmob adalah gerakan hedon.





You Might Also Like

1 comment: