Sekali (lagi) Tentang ...,

Saturday, January 31, 2015 Standy Christianto 0 Comments

Terbangun tiba-tiba dengan terkejut. Aku ingat beberapa fragmen waktu yang membawa pergi ke tempat tidur. Aku merasa aneh di kamarku sendiri, dengan lampu yang remang. Kemanakah langkah yang pernah dibangun itu?

Hari ini juga sama, sama seperti hari yang lalu. Tapi kaki juga tidak beranjak selangkah dari yang kemarin. Penat yang mengendap bersama hari yang itu saja, bersama ambisi yang tidak juga membawa pergi kemana pun, atau ini persoalan tidak punya teman kecil yang menemani setiap obrolan – obrolan besar.

Saya baru saja bangun tidur. Bukan tidur malam, tapi setelah pulang kerja di sore yang lelah, yang telah berhasil menguras tenaga. Ini soal nurani keberpihakan yang mulai berbenturan logika perut. Nurani yang terus dihantam pukulan perut yang lapar. Saya pikir membiarkan mereka berkelahi dalam logika pun itu tidak baik.

Di tengah senjata yang saling berhadapan, pun aku harus berpikir tentang bayangan dari nurani kebebasan, kebebasan untuk setiap manusia yang hidup enak. Di tengah perkelahian di dalam dada. Tapi membiarkannya terus-menerus juga tidak baik untuk seorang manusia.

Suatu hari yang juga sama, seperti ini. Dalam mata yang terpejam, suatu kali bertanya kepada Tuhan yang dicari : sampai kapan?. Ketika semua manusia di hadapkan kodrat untuk melawan. Bolehkah  manusia melawan dalam diam?

Berhenti berpikir soal melawan.

Saya mulai berpikir soal mimpi yang kemarin, Yang juga tidak beranjak pergi. Saya terbangun dalam ketakutan. Ketika melihat banyak orang dengan mata berbinar bicara soal mimpinya, saya terlena dengan itu

Rupanya jalan yang tidak kelihatan ujungnya akan membuatmu berkeringat dingin. Takut diam-diam menjelma dalam apa pun untuk bisa merasuk ke dalam otak yang mendidih.

Rasanya naif, jika menginginkan wangsit yang masuk tiba-tiba hanya dengan doa. Padahal doa yang  yang dipanjatkan hanya untuk menguji coba keberadaan.

Imaji  tentang kenyamanan, memang menenangkan, sekaligus pembunuh. Sehingga doaku ditengah hiruk pikuk, “TUHAN, jika memang ada, keluarkan aku dari kenyamanan dan ketenangan,”

Karena mimpi juga sebuah perlawanan : mencari jalan sembari berjalan.

You Might Also Like

0 komentar: