Monday, September 05, 2022 Standy Christianto 0 Comments


ADA - ada saja respon pembaca KORAN TEMPO dan WARTA KOTA, media yang memuat  tulisan saya di rubrik pembaca. ceritanya begini,

Tas saya hilang di atas kereta ekonomi, jurusan Stasiun Kota - Tangerang,
Hari itu tampak seperti biasa, Setiap Sabtu, saya selalu pulang dari Cibinong, tempat saya PKL, ke Tangerang, Tak disangka, tas saya hilang di Stasiun Duri. Dari sanalah, saya kecewa dengan pelayanan Kereta, bukan untuk melakukan pembelaan atas keteledoran saya. Tapi, karena Kamera CCTV di Stasiun Kota yang seharunya bisa menjadi bukti atas gerak -gerik pelaku, ternyata RUSAK. Wah, ironis sekali, di Stasiun sebesar dan sepenting itu, CCTV bisa tidak ada satu pun yang berfungsi.

"Saya telah membaca kejadian yang anda alami di KORAN TEMPO. Menurut saya, sebaiknya anda laporkan ke menteri perhubungan, karena dia pernah memecat kepala stasiun Kota, gara - gara peron kotor dan WC bau, seorang kepala stasiun pasti tahu CCTV tidak berfungsi, kenapa tidak di service/ganti yang baru. Yang jelas Dia tidak cocok jadi manager " - 081513199***-

Sms itu masuk sesaat saya bangun tidur. Pagi itu menunjukan pukul 10 pagi. Saya baru sadar beberapa menit, kalau itu adalah sms dari pembaca tulisan saya, yang pernah saya kirimkan tiga hari lalu.

Memang saya kirimkan tulisan, sebagai bentuk saran bagi perbaikan Stasiun, saya kirimkan ke empat media cetak : Berita Kota, Warta Kota, dan dua media Nasional : Koran Tempo dan Kompas. Setelah dikirim, tidak pernah menanti - nanti akan dimunculkan. Eh, ternyta tulisan saya di muat di Koran Tempo, Sabtu 6 Juli,  tepat seminggu setelah kejadian.

Pertama kali respon saya setelah membaca sms yang masuk, : tulisan ini bisa saja berefek panjang. Dibaca oleh siapa saja, termasuk Menteri. Efeknya, seseorang kehilangan jabatannya, Gara - gara saya !

Saya sedikit kuatir juga. Masalahnya, tidak ada niat sama sekali agar kepala stasiun bertanggung jawab atau siapapun, atas hilangnya tas saya.

Sms kedua. Beberapa jam kemudian, sms masuk,

" yth. Bp Standy Christianto, saya *********, mengelola Majalah ******. Kami turut prihatin dengan kejadian yang menimpa bpk di stasiun Kota, Atas seizin bpk, Kami bermaksud memuat ulang surat pembaca bapak (korantempo) di majalah kami, dengan harapan kejadian itu tidak menimpa orang lain. Terimakasih"
- 081767677***-

Sms ini masuk sesaat setelah saya baru pulang sehabis membeli KORAN TEMPO. Kalau isi sms ini saya setuju. Saya juga tidak kuatir. Sepaham dengan maksud saya menulis di media cetak, agar stasiun, primadona transportasi umum warga Jabodetabek ditingkatkan.

Alasan saya jelas, kenapa saya kirimkan tulisan saya. Pertama, saya berharap pelaku membacanya. Alasan ini  memang tampak konyol. Tapi, bisa sajakan? karena saya yakin masih ada orang baik di dunia ini. Kedua, ada saksi yang melihat kejadian, lalu bersedia menjadi saksi saya. Karena pelaku memang sudah tertangkap, tapi karena saya tidak punya bukti dan saksi, jadi dilepaskan. Ketiga, seandainya pelaku membuang surat berharaga saya, atau data - data kuliah saya, lalu pembaca kebetulan menemukannya bisa dikembalikan.

Alasan terakhir,  moda transportasi umum di jakarta HARUS diperbaiki. Kemacetan di kota ini begitu luar biasa. Satu - satunya cara adalah membuat pengendara bermotor berpindah menggunakan alat transportasi massal. Tapi kalau kereta, satu dari sekian banyak alat trsnportasi itu,  tidak aman, bagaimana mereka mau berpindah.

ehhhmmmm, memang lebih berkesan naik kereta. Sebelumnya saya menulis tentang perjalan kereta part I, dan part II kali ini benar - benar mRespon Pembaca Koran Tempo ( Perjalananan di Atas Kereta, Part II)     ADA - ada saja respon pembaca KORAN TEMPO dan WARTA KOTA, media yang memuat  tulisan saya di rubrik pembaca. ceritanya begini,  Tas saya hilang di atas kereta ekonomi, jurusan Stasiun Kota - Tangerang, Hari itu tampak seperti biasa, Setiap Sabtu, saya selalu pulang dari Cibinong, tempat saya PKL, ke Tangerang, Tak disangka, tas saya hilang di Stasiun Duri. Dari sanalah, saya kecewa dengan pelayanan Kereta, bukan untuk melakukan pembelaan atas keteledoran saya. Tapi, karena Kamera CCTV di Stasiun Kota yang seharunya bisa menjadi bukti atas gerak -gerik pelaku, ternyata RUSAK. Wah, ironis sekali, di Stasiun sebesar dan sepenting itu, CCTV bisa tidak ada satu pun yang berfungsi.  "Saya telah membaca kejadian yang anda alami di KORAN TEMPO. Menurut saya, sebaiknya anda laporkan ke menteri perhubungan, karena dia pernah memecat kepala stasiun Kota, gara - gara peron kotor dan WC bau, seorang kepala stasiun pasti tahu CCTV tidak berfungsi, kenapa tidak di service/ganti yang baru. Yang jelas Dia tidak cocok jadi manager " - 081513199***-  Sms itu masuk sesaat saya bangun tidur. Pagi itu menunjukan pukul 10 pagi. Saya baru sadar beberapa menit, kalau itu adalah sms dari pembaca tulisan saya, yang pernah saya kirimkan tiga hari lalu.  Memang saya kirimkan tulisan, sebagai bentuk saran bagi perbaikan Stasiun, saya kirimkan ke empat media cetak : Berita Kota, Warta Kota, dan dua media Nasional : Koran Tempo dan Kompas. Setelah dikirim, tidak pernah menanti - nanti akan dimunculkan. Eh, ternyta tulisan saya di muat di Koran Tempo, Sabtu 6 Juli,  tepat seminggu setelah kejadian.  Pertama kali respon saya setelah membaca sms yang masuk, : tulisan ini bisa saja berefek panjang. Dibaca oleh siapa saja, termasuk Menteri. Efeknya, seseorang kehilangan jabatannya, Gara - gara saya !  Saya sedikit kuatir juga. Masalahnya, tidak ada niat sama sekali agar kepala stasiun bertanggung jawab atau siapapun, atas hilangnya tas saya.  Sms kedua. Beberapa jam kemudian, sms masuk,  " yth. Bp Standy Christianto, saya *********, mengelola Majalah ******. Kami turut prihatin dengan kejadian yang menimpa bpk di stasiun Kota, Atas seizin bpk, Kami bermaksud memuat ulang surat pembaca bapak (korantempo) di majalah kami, dengan harapan kejadian itu tidak menimpa orang lain. Terimakasih" - 081767677***-  Sms ini masuk sesaat setelah saya baru pulang sehabis membeli KORAN TEMPO. Kalau isi sms ini saya setuju. Saya juga tidak kuatir. Sepaham dengan maksud saya menulis di media cetak, agar stasiun, primadona transportasi umum warga Jabodetabek ditingkatkan.  Alasan saya jelas, kenapa saya kirimkan tulisan saya. Pertama, saya berharap pelaku membacanya. Alasan ini  memang tampak konyol. Tapi, bisa sajakan? karena saya yakin masih ada orang baik di dunia ini. Kedua, ada saksi yang melihat kejadian, lalu bersedia menjadi saksi saya. Karena pelaku memang sudah tertangkap, tapi karena saya tidak punya bukti dan saksi, jadi dilepaskan. Ketiga, seandainya pelaku membuang surat berharaga saya, atau data - data kuliah saya, lalu pembaca kebetulan menemukannya bisa dikembalikan.  Alasan terakhir,  moda transportasi umum di jakarta HARUS diperbaiki. Kemacetan di kota ini begitu luar biasa. Satu - satunya cara adalah membuat pengendara bermotor berpindah menggunakan alat transportasi massal. Tapi kalau kereta, satu dari sekian banyak alat trsnportasi itu,  tidak aman, bagaimana mereka mau berpindah.  ehhhmmmm, memang lebih berkesan naik kereta. Sebelumnya saya menulis tentang perjalan kereta part I, dan part II kali ini benar - benar membuat cerita perjalanan kereta lebih berkesan, dan MENGESALKAN tentunya.  Ada lagi respon pembaca Warta Kota, malah ada temen kuliah, jauh - jauh dari Purwokerto, tinggal di Bekasi kemudian sms.Ia sadar kalau yang menulis di Warta KOta adalah saya.  Ada juga yang respon sms diluar dari yang dibanyangkan .. apa itu .. COMING SOON .....   embuat cerita perjalanan kereta lebih berkesan, dan MENGESALKAN tentunya.

Ada lagi respon pembaca Warta Kota, malah ada temen kuliah, jauh - jauh dari Purwokerto, tinggal di Bekasi kemudian sms.Ia sadar kalau yang menulis di Warta KOta adalah saya.  Ada juga yang respon sms diluar dari yang dibanyangkan .. apa itu ..
COMING SOON .....



You Might Also Like

0 komentar: