Inspirasi BELANDA Bagi Dunia
Saya mengagumi perpustakaan di kampus. Ada yang berbeda. Setiap benda yang menempati sudut ruangan tidak tersisa
untuk hal tidak berguna. Saat masuk pintu utama, kita sedang berada ruang sempit. Anehnya, kok tidak terasa sumpek ?
SAYA berhasil mewawancarai orang
dibalik itu. Dialah Prof. Ir. Loekas Soesanto.
M.P., Ph.D. Pengalaman bergelut di pers kampus tidaklah sulit untuk bertemu
beliau. Pertanyaan utama saya, darimana ide memanfaatkan ruang sempit
secara maksimal.
PROF Lukas menjawab, itu lahir waktu kuliah di WAGENINGEN UNIVERSITY, saat menempuh
gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) tentang mikrobiologi. Dari sana beliau belajar proses berpikir orang Belanda menghadapi keterbatasan.
ADA dua hal. Pertama Prof. Lukas tidak merelakan sudut-sudut
ruangan ada yang tersisa. Maka memanfaatkan panjang, tinggi, dan lebar ruangan
untuk sebuah tujuan. Alhasil, kita melihat buku – buku tersusun memanfaatkan
tinggi plafon. Untuk mengambil buku yang letaknya paling atas, harus
mengunakan tangga. Kedua, membuat
ruangan agar mahasiswa yang
bertambah setiap tahun dapat membaca buku berkualitas dengan nyaman walaupun sempit. Belanda yang telah menginspirasinya.
Perpus yang sempit, memanfaatkan tinggi ruang |
BELANDA (Koninkrijk der Nederlanden) secara harfiah berarti
"Kerajaan Tanah-Tanah Rendah" [1] , juga telah melahirkan
Winy Maas , Jacob van Rijs and Nathalie de Vries, yang berhasil mendirikan MVRDV,
pelaksana arsitektur dan perancang kota yang telah MENDUNIA, berbasis di Roterrdam didirikan pada 1991.
MVRDV diambil dari inisial nama mereka [2]
Winy Maas , Jacob van Rijs and Nathalie de Vries |
BELANDA merupakan negeri dengan
lahan yang minim. Mereka berpikir jauh ke depan, bagaimana jika populasi di
Belanda kian bertambah, alam habis, dan tidak ada lagi tanah bagi manusia. Pola
berpikir menjadikan manusia sebagai pusat perhatiannya, namun alam dan teknologi akan menentukan eksistensi
manusia, sehingga alam dan teknologi juga memiliki peranan penting [3]
Architecture and urbanism are quantifiable and paramount to their work. They are following in the modernist tradition of attempting to deal with societal-scale problems (population explosion, changes in production, pollution) through re-organization of the city.” (MVRDV)
IDENYA dari negerinya, BELANDA. Karya-karya
MVRDV yang diaplikasikan di negara lain juga mengarah pada negara industrial
sekarang, yaitu daratan buatan. Dunia semakin ‘sempit’, mendatang ruang tambahan yang dibutuhkan akan dipenuhi dengan cara menambah
ruang secara vertikal ke atas.
MVRDV, Karya BELANDA untuk DUNIA,[4]
balancing barn' in suffolk, england, 2010 |
Unterföhring office campus, Munich, Spain |
Pavilion Belanda, Expo 2000, Hannover |
the boutique shopping building Gyre in Tokyo |
Gemini Residence, in Copenhagen, Denmark, 2005 |
SAYA jadi ingat ungkapan menarik, di buku The
Elegant Solution: Toyota’s Formula for Mastering Innovation : “Bagian terindah dari lukisan
adalah pada bingkainya”. Bingkai adalah
pembatas. Sulit dibayangkan jika lukisan tanpa bingkai. Keterbatasan
itulah yang memacu kreativitas
"Leder nadeel heb z'n voordeel"
Kekaguman saya dengan keterbatasan
perpustakaan, membuat kagum juga terhadap HOLLAND, Sama - sama memanfaatkan kesempatan
dalam keSEMPITan. Pola pikir orang Belanda mampu diterapkan seorang Profesor Indonesia. Belanda juga telah melahirkan MVRDV
bagi DUNIA. Kalau saya memiliki kesempatan belajar ke sana, saya akan membawa
ide, mengubah keterbatasan INDONESIA !
Jika
KAMPUS punya Prof Lukas,
BELANDA
Punya MVRDV,
Suatu
saat INDONESIA harus bangga memiliki SAYA
0 komentar: