Selamat Hari Buruh

Tuesday, May 01, 2012 Standy Christianto 0 Comments


SAYA jadi ingat jaman sekolah. Sadar atau tidak, bagian kehidupan para buruh secara tidak langsung, berpengaruh terhadap ritme kami, anak sekolahan.

DI tempat saya, setiap anak sekolah pasti tahu, kapan jam kerja para buruh. Saat mereka pergi ke pabrik, istrirahat kerja, dan pulang ke rumah

SETIAP pagi, tepat shift pertama bagi para buruh, mereka berjejalan di jalanan untuk sampai ke tempat kerja. Yang lainnya, berebutan dengan mencari angkutan umum. Bagi anak sekolah yang pintar dan tidak ingin telat tentu tidak mau ikut berjejalan juga. Biasanya, anak sekolah akan pergi lebih pagi.

KALAU siang juga sama. Jika bersamaan dengan jam pulang sekolah, bagi yang tidak pandai mengukur jam istirahat para buruh maka sudah pasti terjebak macet.

UNTUK mengetahuinya sederhana. Jam – jam kerja mereka akan berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu lintas.  Dimana ada buruh, disana ada kemacetan.  Kemacetan adalah ketakutan utama anak sekolah. Hal inilah yang akan membuat bagaimana caranya agar tidak terkena macet, yaitu menyesuaikan jam kerja buruh.

BAGI sebagian orang di tempat saya, kerja di pabrik adalah kebanggaan.  Karena lebih baik menjadi buruh dengan gaji tetap, dari pada menjadi pengaguran tidak karuan. Pun sebenarnya, jadi buruh tidak begitu enak. Karena resiko kerja yang tinggi namun jaminan yang rendah.

ADA seorang teman saya bercerita tentang teman sepabriknya yang meninggal gara – gara kepalanya terbentur alat mesin produksi ban. Teman saya bercerita bagaimana dia dan beberapa pekerja lain setiap hari harus menghadapi mesin – mesin produksi kategori berat. Sedikit lengah saja tangannya bisa ikut terpotong mesin pemotong ban. Dan hal ini juga sering terjadi.

MEREKA bekerja kebanyakan dengan tiga shift. Pagi, sore, malam. Pabrik tidak akan rela berhenti berproduksi sedetik pun. Maka jadwal kerja seperti ini diberlakukan. Yang pagi datang, kerja sampai sore. Kemudian, yang sore menggantikan sampai tengah malam, yang tengah malam bekerja sampai pagi. Dengan cara ini pabrik akan beroperasi selama 24 jam. Kalau dapat shift malam, resikonya tidak tidur semalam suntuk.

SETIAP kali saya pergi sekolah, yang menjadi pemandangan sehari – hari adalah rumah kontrakan yang sudah di petak – petakan. Tempat tinggal itu menarik perhatian. Cukup untuk satu kamar dan sedikit ruang untuk menonton tv. Kalau di kampus saya sering melihat kost –kostan. Hampir mirip seperti itu. Yang berbeda, kebanyakan mereka  tinggal dengan anak dan istri.

SAYA cukup beruntung hidup di  kota ‘seribu pabrik’ jadi bisa mengerti bagaimana pola kerja mereka. Apa yang diperjuangkan pada hari buruh hari ini, sebenarnya adalah apa yang telah mereka perjuangkan sejak lama. Yaitu kesejahteraan buruh, kesejahteraan rakyat juga. Karena mereka juga bagian dari negara ini.

SAYA tidak sedang membahas teori karl marx tentang das kapital, mengatakan mereka korban dari sistem kapitalis. ini karena mereka memang tidak punya pilihan lain. Sebagian mereka orang daerah yang mengadu nasib di kota besar. Seandainya saja ada lapangan kerja di daerahnya, maka pabrik tidak akan seenaknya memperkerjakan orang. Sehingga pengusaha tidak mengambil buruh yang bisa menerima apa adanya. Yang bersedia menerima pekerjaan, walau resiko kerjanya tinggi.

SAYA dan seperti anak sekolahan lain secara tidak sadar buruh sudah menjadi bagian dari kota tempat tinggal kami. Hari buruh juga seremonial warga kota ‘seribu pabrik’. Selamat hari buruh...




You Might Also Like

0 komentar: