Pola dan Simpul

Wednesday, June 04, 2014 Standy Christianto 0 Comments


Saya ingat kata – kata dari sebuah kutipan film Sherlock Holmes, “dunia ini terdiri dari  pola,” film detektif yang fiksi ini, mengajarkan saya tentang sebuah pola dan simpul. Bahwa dunia ini adalah sebuah keterpolaan yang dapat dibaca, dan tidak acak. Dalam film tersebut, Sherlock Holmes yang digambarkan sebagai orang yang aneh, dengan tiba- tiba ia dapat menguraikan kasus pembunuhan yang terjadi dengan melihat detail dari bukti – bukti yang terjadi di lapangan.
Suatu kali saya berpikir tentang sebuah tempat yang terpisah jauh dari peradaban, dan dianggap sebagian orang tempat yang tidak beradab. Bagaimanakah bangunan struktur masyarakat yang dianggap  melakukan tindakan yang tidak beragama dan tidak beretika, bisa terbangun dengan ajeg. Bukankah agama adalah alat untuk mengatur masyarakat, dan etika adalah bangunan pola yang dilakukannya?
Saya bukan Sherlock Holmes, dan tidak mau juga menjadi tokoh fiksi. Tapi Sherlock Holmes mengajarkan saya tentang pola dan simpul. Beberapa hari saya intens  untuk datang mencari  pola dan simpul yang terjadi di Gang Sadar. Saya datang saat mulai dari wanita-wanita yang bangun tidur disiang hari, kemudian mulai pekerjaannnya dengan alat kosmetik, menjajakan diri, menunggu tamu, dan kembali tidur kembali.
Paling tidak saya menemukan dua hal yang menarik perhatian, keteraturan yang dibangun oleh waktu bekerja, dan pola relasi ekonomi yang membangun kultural secara tidak sadar yang membangun kesadaran bertindak, berpikir, dan berperasaan.
Pola waktu yang ajeg adalah tantangan dan peluang mengorganisir. Di satu sisi, dengan pola waktu yang ajeg akan membuat mereka nyaman dengan kondisi tersebut. Seperti seorang yang setiap hari dibangun tidur terbiasa dengan menonton televisi, lalu saya menyuruh untuk mandi. Kebiasaan yang terbangun itu akan sulit diintervensi. Peluangnya adalah jika intervensi sosial ini membangun sebuah kesadaran baru. Maka perubahan sosial akan terjadi.
Manusia adalah bagian dari manusia lain. Manusia adalah serigala bagi manusia lain, homo homini lupus, mungkin begitu katanya. Yang kuat, secara sosial akan ‘melemahkan’ manusia lain. Kuat tidak secara fisik, namun juga pengaruh kuat secara sosial. Pengaruh secara sadar dan tidak mereka sadari. Jika saya benar, relasi ini akan membangun simpul massa di masyarakat. Simpul inilah bagian yang perlu diintervensi secara sosial.  
Simpul-simpul ini yang sedang saya cari, terlebih simpul secara kultural, dan terbangun secara tidak sadar. Misalnya, siapa yang mampu menjadi penggerak di satu masing-masing rumah kost ? siapa yang berpengaruh dalam pola waktu yang ajeg ? apa yang bisa menjadi ‘gula’ untuk mengumpulkan massa? Apa yang dapat membuat mereka berpikir selain kebutuhan ekonomi? Apa-siapa-bagaimana-mengapa terus menerus mengular dalam pikiran saat di lapangan.
Kembali kepada Sherlock Holmes. Pencipta Sherlock Holmes adalah Arthur Conan Dyle, seorang fisikawan. Layaknya seorang fisikawan berpikir, bahwa dunia ini adalah alam semesta yang terbangun secara pola. “Tidak ada hal yang baru dalam dunia ini,” Kata Einsten. Kemampuan seorang fisikawan adalah menemukan pola yang terjadi dalam alam semesta, kemudian sains menjelaskan pola tersebut menjadi sebuah rumus – rumus.

Cara berpikir seperti itu membuat saya terus menerus mencari dan mengamati secara sosial pola kehidupan para wanita harapan bagi keluarganya di rumah. Realita sosial yang terdiri dari wanita-wanita yang terjebak dalam kebutuhan ekonomi menantang dalam berpikir. Walaupun saya bukan Sherlock Holmes. Lagipula saya juga tidak mau jadi tokoh fiksi, maka saya seharusnya bisa berbuat nyata bagi perubahan yang lebih baik di masyarakat.

... April 2014

You Might Also Like

0 komentar: